Dishub Garut: Longsor Tak Ganggu Layanan Angkutan Umum
Petugas memasang garis polisi di kawasan jalan yang tergerus tanah longsor di Kampung Cinangsi, Desa Toblong, Kecamatan Peundeuy, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (11/9).
Foto: ANTARA/HO-Polres GarutGARUT - Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Garut, Jawa Barat, memastikan longsor yang menggerus jalan utama menghubungkan Kecamatan Peundeuy-Cibalong di selatan Garut tidak mengganggu angkutan umum untuk melayani mobilisasi masyarakat dengan menggunakan jalan alternatif desa.
"Angkutan umum masih tetap jalan menggunakan jalan Girimukti, Banjarwangi," kata Kepala Dishub Kabupaten Garut, Satria Budi di Garut, Rabu.
Ia menuturkan, bencana tanah longsor di Kampung Cinangsi, Desa Toblong, Kecamatan Peundeuy, Kabupaten Garut, Rabu pagi, telah memutus jalan utama menghubungkan Kecamatan Peundeuy-Cibalong.
Jalur itu, kata dia, merupakan jalur trayek angkutan umum jenis elf jurusan Terminal Guntur Garut-Cibalong lintas Singajaya yang setiap harinya ada tiga armada yang melayani penumpang di wilayah itu.
Meski hanya tiga armada elf setiap harinya, kata dia, transportasi umum itu masih menjadi andalan masyarakat wilayah selatan untuk bepergian ke perkotaan Garut maupun sebaliknya.
"Ya, masih menjadi andalan, meski ada juga angkutan publik lainnya yang tidak hanya itu, ada angkutan pedesaan juga di daerah itu," katanya.
Ia menyampaikan, karena adanya jalan terputus maka pihaknya memberlakukan rekayasa jalan dengan memanfaatkan jalan desa untuk angkutan umum yang datang dari Garut menuju Cibalong melewati Girimukti.
Sedangkan dari arah sebaliknya, kata dia, angkutan umum dari Kecamatan Cibalong menuju Garut Kota diarahkan untuk melewati jalur Pameungpeuk atau jalan raya lintas selatan Garut yang kondisi jalannya lebih bagus.
"Kalau dari arah Maroko, Cibalong ke Singajaya itu tidak bisa, jalannya kecil hanya jalan desa, lebih baik lewat Pameungpeuk, jadi nanti ada rekayasa jalan," katanya.
Ia mengatakan, rekayasa jalur angkutan umum itu untuk menghindari jalan yang terdampak longsor, meski jarak tempuhnya akan lebih jauh atau lebih lama sekitar setengah jam karena memutar arah.
"Tentunya mengganggu perjalanan, waktunya jadi berlebih, harusnya satu jam menjadi 1,5 jam, secara ekonomi masyarakat cukup relatif agak jauh, karena harus memutar," katanya.
Ia menyampaikan, Dishub Garut saat ini sudah melaporkan ke Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Garut untuk segera mengatasi kondisi jalan yang terdampak longsor itu agar kembali normal dilintasi angkutan umum.
Menurut dia, kondisi jalan yang terdampak longsor itu dinilai cukup besar, sehingga akan membutuhkan waktu cukup lama untuk memperbaikinya, namun berharap dinas terkait bisa mempercepat proses perbaikannya.
"Permintaan perbaikan sudah, butuh waktu perbaikan apalagi longsornya cukup besar," katanya.
Sebelumnya, longsoran tanah tebing yang terjadi, Rabu pagi, menyebabkan lahan pertanian terdampak dan badan jalan aspal yang diperkirakan sekitar 70 meter tergerus.
Akibat longsor, akses jalan yang menghubungkan dua kecamatan tersebut terganggu tidak bisa dilintasi kendaraan roda dua maupun roda empat.
Bencana alam longsor itu terjadi setelah turun hujan yang berlangsung lama mengguyur wilayah selatan Garut sejak Selasa (10/9) malam sampai Rabu pagi.
Redaktur: -
Penulis: Alfred, Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- AS Laporkan Kasus Flu Burung Pertama pada Anak
- Jonatan dan Sabar/Reza Tantang Unggulan Tuan Rumah di Semifinal China Masters 2024
- Christian Sugiono Bangun Luxury Glamping di Tepi Danau
- KKP Perkuat Kerja Sama Ekonomi Biru dengan Singapura
- Berkaus Hitam, Pasangan Dharma-Kun Kampanye Akbar di Lapangan Tabaci Kalideres, Jakarta Barat