Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pendidikan Nasional - Penghitungan Anggaran Pendidikan Merstinya Berbasis PDB

Diperlukan Terobosan untuk Tingkatkan Kualitas Pendidikan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Anggaran seminar guru dipangkas dan dialokasikan untuk produktivitas guru seperti beasiswa sekolah dan pelatihan.

YOGYAKARTA - Indonesia memerlukan banyak terobosan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Saat ini, Indonesia memiliki 47 juta siswa dan tiga juta lebih guru atau hampir sama dengan jumlah penduduk Singapura atau Finlandia dan dengan karakter daerah yang beraneka ragam.

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi, saat pembicara kunci (keynote speaker) dalam seminar nasional Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Alumni (DPP IKA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), akhir pekan lalu.

Muhadjir mengatakan anggaran Kemendikbud cukup banyak yakni 20 persen dari total APBN atau mencapai 440,9 triliun rupiah. Tetapi, yang jarang diketahui total anggaran pendidikan itu bukanlah hak Kemendikbud semata, namun dibagi dengan 20 kementerian dan lembaga, 34 provinsi, dan 516 kabupaten/ kota. Kemendikbud hanya mengelola 40,1 triliun rupiah.

"Apakah dana ini cukup? Sebenarnya ya masih kurang, kita mestinya sama dengan Malaysia," kata Mendikbud.

Untuk membandingkan anggaran dengan negara-negara ASEAN lainnya, Muhadjir mengusulkan perhitungan berbasis Produk Domestik Bruto (PDB). Timor Leste memiliki anggaran pendidikan sebesar 7,2 persen dari PDB diikuti Vietnam 6,5 persen, Malaysia 4,7 persen, Thailand 4,2 persen, Indonesia 3,09 persen, Filipina 2,7 persen, disusul Myanmar dan yang paling rendah adalah Singapura yang alokasi dana pendidikannya hanya 2,2 persen dari PDB.

Tetapi, berbeda dengan negara-negara lainnya, pendidikan di Singapura sudah tidak menjadi tax spender atau penghabis anggaran negara, namun justru menjadi sumber pemasukan, dan sumber pemasukan utama bisnis pendidikan di Singapura adalah pelajar dari Indonesia. "Kita susah niru Singapura makanya terobosan yang harus diperbanyak," jelas menteri.

Terobosan yang sudah dilakukan Kemendikbud, terang Muhadjir, adalah mengurangi anggaran seminar guru dari lima triliun rupiah kini menjadi hanya satu triliun rupiah dan dialokasikan untuk produktivitas guru seperti beasiswa sekolah dan pelatihan mengajar di asosiasinya sendiri, seperti asosiasi guru matematika, dan sebagianya. Konsekunsi dari pengurangan seminar ini banyak, salah satunya gedung-gedung pelatihan terpusat guru sekarang justru menjadi pemasukan Kemendikbud dari sebelumnya sebagai pengeluaran. Gedung-gedung itu sekarang mulai disewakan untuk acara masyarakat.

"Dan SMK sebentar lagi sudah bisa diubah menjadi Badan Layanan Umum Daerah. Dan labanya tidak usah setor ke negara, dikelola sendiri oleh SMK tersebut sehingga guru semangat mengembangkan sekolahnya," kata Muhadjir.

Jadi, jika SMK bisa menjadi teaching factory dengan produk yang bisa dijual ke pasar maka laba bisa dinikmati oleh sekolah sendiri, untuk kesejahteraan guru, murid, dan peningkatan kualitas produksi.

Dukungan TI

Salah satu terobosan yang bisa dilakukan oleh pendidikan di Indonesia adalah pemanfaatan secara optimal teknologi informasi. Dalam seminar nasional DPP IKA tersebut, Classmiles, sebuah terobosan layanan di dunia pendidikan, di mana guru dan murid tetap dapat berinteraksi di mana pun dan kapan pun, meski terkendala jarak dan ruang, memaparkan teknologinya.

"Classmiles menyediakan layanan dan konten belajar dengan teknologi online interaktif (tatap muka jarak jauh) di mana di dalamnya berisi banyak ruang kelas virtual untuk SD, SMP dan SMA. Ini akan menurunkan biaya pendidikan secara signifikan sekaligus bagi guru yang memiliki cara mengajar yang berkualitas top level bisa mendapat murid dari seluruh Indonesia bahkan dunia, guru lain juga bisa belajar dari guru berkualitas top ini dengan mudah," papar CEO Classmiles, Hermawan Eko Nugroho.

Hermawan mengatakan, selama ini biaya gedung, waktu, dan biaya transportasi menjadi hambatan bagi murid maupun guru untuk memaksimalkan minat dan bakatnya. Maka dia menciptakan teknologi teleconference khusus untuk pendidikan yang memfasilitasi proses belajar mengajar interaktif yang optimal.

YK/E-3

Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top