Dino Patti Kenang Hasjim Djalal sebagai Diplomat dengan Sosok Anak Kampung Hingga Akhir Hayat
Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal (tengah bawah) saat memakamkan diplomat senior Hasjim Djalal di TMP Kalibata, Jakarta, Senin (13/1/2025).
Foto: ANTARA/Reno EsnirJakarta - Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal mengenang sosok ayahanda Hasjim Djalal sebagai sosok diplomat yang senantiasa memiliki kepribadian seperti anak kampung yang sederhana hingga akhir hayat.
“Karena mungkin anak dari kampung di Bukittinggi itu, sampai sekarang, di usianya yang 91 tahun masih tetap anak kampung yang sederhana dari Bukittinggi, walaupun ilmunya bertambah,” kata Dino ketika mengenang sosok diplomat senior Hasjim yang dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Senin.
Dino yang juga mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat itu menyampaikan bahwa Hasjim merupakan seorang diplomat yang tangguh dan ulung, sosok diplomat yang bisa mengurusi laut, sosok diplomat berkaliber dunia, meskipun berasal dari kota kecil Bukittinggi, Sumatera Barat.
“Keluarga miskin, desa yang miskin juga, orang gunung, tapi bisa menjadi diplomat yang mengurusi laut, dan menjadi diplomat yang berkaliber dunia. Jadi saya tidak paham apa triger-nya (pemicu) itu dari anak kampung ini yang kemudian mendapatkan PhD di University of Virginia tahun 1954 (Dia) mungkin orang Indonesia pertama yang bisa melakukan itu pada tahun itu,” ucap Dino dengan suara bergetar.
Mengenang Hasjim yang pernah menjabat sebagai Duta Besar Keliling Indonesia untuk Masalah-Masalah Hukum Laut dan Kelautan, Dino mengatakan bahwa dia belajar mengenai nilai pelayan publik dari ayahnya.
Hasjim menjadi sosok penting dibalik masuknya konsep Wawasan Nusantara dalam Konvensi Hukum Laut PBB atau UNCLOS setelah berjuang selama 22 tahun. Setelah pensiun, Hasjim masih aktif menjadi penasehat di Kementerian Kelautan.
Selanjutnya, Dino juga mengaku belajar mengenai kesederhanaan dari Hasjim yang masih menggunakan jam yang sama sejak 30 tahun lalu, tidak pernah membeli barang-barang mahal, dan mencapai kebahagiaan dari hal-hal lain yang bukan materialistis.
“Dan nilai ketiga adalah excellence. Beliau sangat mendekatkan pada keluarga, beliau bilang oke kita bisa cari gelar, tetapi yang kita agungkan, yang kita dewakan itu adalah ilmu dan skill, bukan gelar dan lain sebagainya,” kenang Dino.
Berita Trending
- 1 Selama 2023-2024, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik
- 2 Kemenperin Desak Produsen Otomotif Tiongkok di Indonesia Tingkatkan Penggunaan Komponen Lokal
- 3 Jepang Siap Dukung Upaya RI Wujudkan Swasembada Energi
- 4 Irena Sebut Transisi Energi Indonesia Tuai Perhatian Khusus
- 5 Perkuat Kolaborasi, PM Jepang Dukung Indonesia untuk Jadi Anggota Penuh OECD