Dinas Pertanian Sumsel Ingatkan Petani Jangan Cepat-cepat Memanen Padi
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Bambang Pramono.
Foto: ANTARAPALEMBANG– Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan mengingatkan petani di wilayah itu agar jangan terlalu dini memanen padi supaya nilai jual lebih tinggi.
"Petani tidak usah cepat-cepat memanen padinya, supaya dapat harga jual lebih tinggi guna menghindari bulir hampa dan hijau karena bisa kena rafaksi harga. Tunggu sudah matang saja karena harga yang akan ditampung sama, lewat HPP yang sudah ditetapkan," kata Kepala Dinas Pertanian Sumsel, Bambang Pramono, di Palembang, Kamis (16/1).
Ia mengatakan pihaknya optimistis produksi beras akan naik pada tahun 2025. Sebab, banyak bantuan pemerintah pusat yang menunjang produksi padi di Sumsel.
"Pada 2021, Sumsel mampu memproduksi 2,55 juta ton, 2022 naik 2,77 juta ton, 2023 juga naik 2,83 juta ton dan 2024 naik sedikit jadi 2,84 juta ton. Tren kenaikan itu di tengah penurunan produksi di provinsi lain," ujarnya.
Ia menjelaskan panen awal tahun menjadi penopang dan kontribusi tertinggi produksi padi. Pada tahun lalu, berdasarkan data BPS Januari–Februari luas lahan yang panen mencapai 119.051 hektare (Januari 44.351 hektare dan Februari 74.699 hektare).
"Jika per hektare saja mampu menghasilkan 5,6 ton, maka sepanjang dua bulan itu saja bisa mencapai 666 ribu ton. Belum lagi saat puncak panen yang akan terjadi pada Maret nanti. Jadi, kontribusi panen awal tahun bisa sampai 70 persen,” jelasnya.
Menurutnya, kenaikan HPP gabah tak hanya akan membantu kesejahteraan petani, tapi juga meningkatkan produksi. Apalagi, seluruh hasil panen petani akan diserap Bulog. Bahkan, pemda juga diminta membantu menyiapkan gudang.
"Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, sesuai arahan Menko Pangan kemarin, DPTPH dan Dinas Ketahanan Pangan akan menindaklanjuti ke bupati/wali kota untuk menyiapkan gudang. Kembali membuka lumbung-lumbung di desa untuk menampung hasil gabah petani," kata Bambang.