Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Dilema Minyak Goreng Curah

Foto : KORAN JAKARTA/ONES
A   A   A   Pengaturan Font


Mesin minyak goreng buatan BUMN harganya sekitar delapan juta per unitnya, setengah lebih murah dari mesin serupa yang diimpor. Harga jual tersebut sudah menutupi setidaknya 70 persen biaya produksi. Kandungan lokal (tingkat kandungan dalam negeri/TKDN) mesin ini telah mencapai 65 persen dengan nilai investasi 1,49 triliun rupiah.
Adapun kapasitas produksi massal atau fabrikasi mesin BUMN mencapai 100 unit per hari. Dengan mesin buatan anak bangsa itu, diharapkan masyarakat luas bisa mendapat minyak goreng higienis dengan harga terjangkau. Petani sawit perlu insentif untuk membangun pabrik minyak goreng. Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) perlu didorong untuk membangun pabrik minyak goreng mini dengan kapasitas produksi 400-600 kilogram (kg) per hari.


Dengan mesin tersebut, minyak goreng akan dikemas dan dipasarkan dengan merek Apkasindo. Harganya di bawah minyak goreng kemasan keluaran perusahaan sawit besar. Dengan demikian, pasar minyak goreng skala industri kecil dan menengah bisa tebentuk.


Pembangunan pabrik minyak goreng mini merupakan bagian dari upaya hilirisasi yang digalakkan Apkasindo. Harapannya bisa menjadi salah satu instrumen untuk mengangkat harga tandan buah segar (TBS) petani sawit rakyat dan mengurangi ketergantungan pada pabrik-pabrik perusahaan yang lebih condong menyerap hasil panen dari petani plasma (mitra perusahaan).


Hal itu merupakan salah satu bentuk diversifikasi minyak sawit agar pelaku usaha tidak hanya menjual CPO. Dengan cara ini, petani tidak menjual TBS. Mereka bisa mengolah sendiri dan harganya pun tinggi setelah menjadi produk minyak goreng.
Penulis Lulusan Fakultas Sainstek Universitas Airlangga, Praktisi Industri Kimia

Komentar

Komentar
()

Top