Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesehatan Masyarakat

Demensia Dapat Dihindari dengan Hilangkan 14 Faktor Risiko

Foto : AFP/ROSLAN RAHMAN

Warga penderita demensia berpartisipasi dalam disko senyap di Apex Harmony Lodge di Singapura, beberapa waktu lalu. Demensia disebabkan oleh berbagai macam penyakit, yang paling umum adalah alzheimer.

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Menurut sebuah studi baru-baru ini, jutaan kasus demensia dapat dicegah atau ditunda dengan mengurangi berbagai faktor risiko seperti merokok atau polusi udara, meskipun beberapa ahli memperingatkan tindakan tersebut tidak dapat dilakukan sampai sejauh itu.

Dikutip dari The Straits Times, kondisi yang melemahkan yang secara progresif merampas ingatan, kemampuan kognitif, bahasa, dan kemandirian seseorang tersebut, saat ini terjadi pada lebih dari 55 juta orang di seluruh dunia. Demensia disebabkan oleh berbagai penyakit, yang paling umum adalah alzheimer.

Sebuah tinjauan besar terhadap bukti yang tersedia yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet pada tanggal 31 Juli mengatakan potensi pencegahan sangat tinggi dalam memerangi demensia. Studi ini mengikuti laporan sebelumnya pada tahun 2020 yang juga menekankan pentingnya pencegahan.

Saat itu, tim peneliti internasional memperkirakan bahwa 40 persen kasus demensia dikaitkan dengan 12 faktor risiko.

Faktor-faktornya termasuk pendidikan rendah, masalah pendengaran, tekanan darah tinggi, merokok, obesitas, depresi, kurangnya aktivitas fisik, diabetes, minum berlebihan, cedera otak traumatis, polusi udara, dan isolasi sosial.

Dapat Dicegah

Pembaruan terkini menambahkan dua faktor risiko lagi. Kehilangan penglihatan dan kolesterol tinggi. "Hampir setengah dari demensia secara teoritis dapat dicegah dengan menghilangkan 14 faktor risiko ini," kata penelitian tersebut.

Puluhan tahun penelitian dan dana miliaran dollar AS telah gagal menghasilkan obat yang benar-benar mujarab untuk demensia. Namun sejak awal tahun 2023, dua pengobatan alzheimer telah disetujui di Amerika Serikat, lecanemab dari Biogen dan donanemab dari Eli Lilly.

Obat-obatan ini bekerja dengan menargetkan penumpukan dua protein, tau dan amiloid beta, yang dianggap sebagai salah satu pendorong utama penyakit itu berkembang. Namun, manfaat obat-obatan ini masih sederhana, memiliki efek samping yang parah, dan harganya sering kali sangat mahal.

Berbeda dengan AS, pengawas obat Uni Eropa minggu lalu menolak menyetujui lecanemab, dan masih mempertimbangkan donanemab. Beberapa peneliti berharap kenyataan obat baru itu berfungsi berarti mereka akan membuka jalan bagi perawatan yang lebih efektif di masa mendatang.

Sementara yang lain lebih memilih berfokus pada cara mencegah demensia sejak awal.

"Berfokus pada faktor risiko akan jauh lebih hemat biaya daripada mengembangkan perawatan berteknologi tinggi yang sejauh ini mengecewakan dampaknya terhadap orang-orang dengan demensia yang sudah ada," kata ahli saraf di Universitas Oxford, Inggris, Masud Husain.

Studi Lancet disambut baik oleh para ahli di bidang tersebut, yang di antaranya menganggap pentingnya pencegahan sudah tidak perlu diperdebatkan lagi. Namun, beberapa pihak mengatakan gagasan bahwa hampir setengah dari semua kasus demensia dapat dicegah harus dipertimbangkan secara matang.

Belum terbukti bahwa faktor risiko secara langsung menyebabkan demensia, seperti yang diakui oleh penulis penelitian. Misalnya, mungkinkah demensia menyebabkan depresi, dan bukan sebaliknya.

Sulit juga untuk memisahkan faktor risiko satu sama lain, meskipun para peneliti telah berusaha. Beberapa faktor risiko mungkin saling terkait, seperti depresi dan isolasi, atau merokok dan tekanan darah tinggi.

Di atas segalanya, banyak faktor risiko merupakan momok sosial yang telah lama terbukti hampir mustahil untuk ditangani sepenuhnya.

Studi ini memaparkan berbagai rekomendasi mulai dari yang bersifat pribadi, seperti mengenakan helm saat bersepeda - hingga yang bersifat pemerintah, seperti meningkatkan akses terhadap pendidikan.

"Tidak jelas apakah kita bisa sepenuhnya menghilangkan salah satu faktor risiko ini," kata Charles Marshall, seorang ahli saraf di Universitas Queen Mary London.

Kita sudah memiliki program kesehatan masyarakat untuk mengurangi kebiasaan merokok dan hipertensi (tekanan darah tinggi), jadi apa lagi yang bisa kita lakukan?

Ahli saraf di Universitas Edinburgh, Tara Spires-Jones, mengatakan penting untuk tidak menyalahkan orang yang hidup dengan demensia atas penyakit otak mereka.

"Hal ini karena jelas sebagian besar demensia tidak dapat dicegah karena faktor gen dan hal-hal yang berada di luar kendali manusia, seperti kesempatan untuk mendapatkan pendidikan saat masih anak-anak," tambahnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top