![Degradasi Lingkungan Membuat Ketersediaan Air Berkualitas Semakin Sulit](https://koran-jakarta.com/images/article/degradasi-lingkungan-membuat-ketersediaan-air-berkualitas-semakin-sulit-230216004811.jpg)
Degradasi Lingkungan Membuat Ketersediaan Air Berkualitas Semakin Sulit
![Degradasi Lingkungan Membuat Ketersediaan Air Berkualitas Semakin Sulit](https://koran-jakarta.com/images/article/degradasi-lingkungan-membuat-ketersediaan-air-berkualitas-semakin-sulit-230216004811.jpg)
TERIMA DELEGASI WORLD WATER COUNCIL I Presiden Joko Widodo menerima Presiden World Water Council, Loic Fauchon (kanan) dan delegasi di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (15/2). Dalam pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo antara lain menekankan enam topik yang harus dibahas dalam penyelenggaraan World Water Forum ke-10 di Bali tahun 2024 mendatang, salah satunya adalah kebutuhan air untuk manusia dan lingkungan.
Setiap pemangku kepentingan juga, papar Presiden, memerlukan inovasi teknologi untuk mengelola kebutuhan konsumsi energi dan pangan, serta komitmen untuk berbagi dan bekerja sama. "Saya sangat mengharapkan pertemuan awal menuju the 10th WWF ini dapat menghasilkan agenda-agenda penting yang akan kita tindak lanjuti pada acara puncak WWF di Bali," kata Kepala Negara.
Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, mengungkapkan hasil WWF tahun depan dapat menjadi referensi global terkait pengelolaan sumber daya air. "Hasilnya, pasti menjadi referensi bagi seluruh dunia, tidak hanya Indonesia," kata Basuki.
Indonesia bisa mengambil dan belajar dari pengalaman terkait air dari negara lain seperti penanganan banjir, sebaliknya negara lain juga berkesempatan untuk belajar dari kearifan lokal yang dimiliki Indonesia terkait pengelolaan air seperti subak di Bali.
Ekosistem Pangan Lokal
Pakar Pangan Lokal dari Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Saptarining Wulan, mengatakan pemerintah harus menjaga ekosistem pangan lokal untuk menjaga ketahanan pangan di masa depan. Meluasnya ekspansi perkebunan kelapa sawit di sejumlah daerah, termasuk Papua, bisa mengancam ekosistem pangan lokal, seperti sagu dan umbi-umbian, karena komoditas tersebut mengonsumsi air banyak. "Semakin meluas perkebunan sawit, serapan airnya juga tinggi," katanya.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya