Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Debat Keras Republik Vanuatu dan Republik Indonesia Soal Kekerasan di Papua di Sidang Umum PBB, Ini Detail Lengkapnya

Foto : Istimewa

Sekretaris Ketiga Perwakilan Tetap RI New York, Sindy Nur Fitry.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Perwakilan Republik Vanuatu dan perwaklian dari Republik Indonesia berdebat keras di Sidang Umum PPB terkait masalah Papua.

Bukan kali ini saja Republik Vanuatu, negara arah tenggara Papua ini, menghantam Indonesia di Forum PBB dengan tuduhan pelanggaran berat telah terjadi di wilayah Papua. Vanuatu menyebut ada pelanggaran HAM terhadap masyarakat adat di Papua Barat.

"Pelanggaran hak asasi manusia terjadi secara luas di seluruh dunia. Di wilayah saya, masyarakat adat Papua Barat terus menderita pelanggaran hak asasi manusia," kata Perdana Menteri Republik Vanuatu, Bob Loughman Weibur dalam pidatonya.

Bob juga meminta Indonesia mengizinkan PBB untuk mengunjungi Papua. Hal ini agar PBB bisa menilai keadaan HAM di Papua.

"Forum Pasifik dan Pemimpin ACP di antara para pemimpin lainnya telah meminta Pemerintah Indonesia untuk mengizinkan Kantor Komisaris Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengunjungi Provinsi Papua Barat dan untuk memberikan penilaian independen tentang situasi hak asasi manusia," tukasnya keras.

Tentu saja, tudingan Vanuatu itu langsung dijawab oleh Sekretaris Ketiga Perwakilan Tetap RI New York, Sindy Nur Fitry. Sindy Nur Fitry mengatakan Vanuatu terus mengusik kedaulatan negara lain. Padahal, tudingan Vanuatu itu tidak berdasar.

"Saya terkejut Vanuatu terus-menerus menggunakan forum yang mulia ini untuk mengusik kedaulatan dan integritas wilayah negara lain. Serta terus melakukan agresi dengan maksud tercela dan motif politik untuk melawan Indonesia," kata Sindy dalam Sidang Umum PBB, seperti dilihat dari Channel Youtube Kemenlu, Minggu (26/9).

Sindy melanjutkan bahwa Indonesia secara tegas menolak seluruh tuduhan tidak benar, tidak berdasar, dan menyesatkan yang terus dipelihara oleh Vanuatu.

Sinty melanjutkan dengan sengit bahwa, "tuduhan tersebut menciptakan harapan palsu dan kosong, serta hanya memicu konflik. Yang mirisnya mengorbankan banyak nyawa tak berdosa."

Menurut Sindy, Vanuatu hanya berpura-pura peduli pada isu-isu HAM dan di saat yang sama justru menutup mata atas tindakan teror kelompok kriminal bersenjata.

"Vanuatu secara sengaja menutup mata ketika kelompok kriminal separatis bersenjata ini membunuh para perawat, tenaga kesehatan, guru, pekerja konstruksi dan aparat penegak hukum," tandasnya seraya mempertanyakan mengapa Vanuatu diam ketika guru dibantai oleh KKB.

"Ketika para guru dibantai tanpa belas kasihan, mengapa Vanuatu memilih diam? Bukalah mata Anda dan lihat semuanya secara utuh, atau Anda akan tersesat," keras Sindy berkata.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top