Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Dampak Negatif "Gadget"

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

oleh rika rianty, skm

Seperti dikutip dari Jurnal Pemikiran dan Pencerahan Rausyan Fikr Vol 15 tahun 2019, gadget dalah alat elektronik yang memiliki berbagai layanan fitur dan aplikasi. Dia menyajikan teknologi terbaru yang membantu hidup manusia menjadi lebih praktis dan memiliki fungsi khusus.

Unsur "kebaruan" tersebut menjadi pembeda dengan alat elektronik lain. Yang termasuk gadget, antara lain smartphone seperti Iphone dan Blackberry, dan notebook. Unsur kebaruan seperti dikutip dari klikoffice.co.id, smartphone dilengkapi dengan pengintegrasian wireless yang sudah ada seperti blootooth dan theting.

Di Indonesia, berdasarkan Siaran Pers Kementerian Komunikasi dan Informatika No 17 Tahun 2014, setidaknya ada 30 juta anak dan remaja Indonesia pengguna internet. Mereka memilih media digital sebagai saluran utama komunikasi. Mayoritas telah menggunakan media online lebih dari satu tahun. Dalam mengakses internet, ada 52 persen menggunakan ponsel, kurang dari 21 persen menggunakan smartphone dan sebanyak 4 persen menggunakan tablet.

Berdasarkan survei tahun 2014 oleh The Asian Parent Insight dan Samsung Kidstime terhadap 2.500 orang tua di Singapura, Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Filipina, sebagaimana dikutip dari id.theasianparent.com, 98 persen responden membolehkan anak menggunakan smartphone/tablet.

Alasannya untuk pendidikan (80 persen), pengenalan teknologi (68 persen), hiburan (57 persen), dan membuat anak sibuk (55 persen). Namun, ada kekhawatiran orang tua ketika mengizinkan anak menggunakan gadget. Hal ini terkait dengan alasan kesehatan (92 persen), ketergantungan (90 persen), dan konten negatif (88 persen).

Terkait kesehatan, dikutip dari buku Bila si Kecil Bermain Gadget, sedikitnya ada tiga gangguan kesehatan akibat penggunaan gadget. Pertama, gangguan otak. Sebab di otak terdapat hormon dopamin yang menghasilkan perasaan nyaman atau tenang. Jika seorang anak membuka konten atau informasi negatif, seperti kekerasan atau materi pornografi, maka memori otak akan menyimpan bahkan dalam jangka waktu lama. Jika tidak segera diatasi, akan menyebabkan anak kecanduan konten tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan, antusias anak atas rangsangan cukup tinggi, keingintahuan terhadap sesuatu, dan kesukaannya dalam meniru yang dilihat. Selain itu, daya ingat anak juga sangat tinggi. Maka, sangat disayangkan jika kemampuan otak anak tersebut tidak dimaksimalkan pada pengembangan secara positif.

Kedua, gangguan mata. Ketika anak browsing menggunakan gadget, fokus mata pada gadget lebih intens. Ini menyebabkan otot-otot mata bekerja cenderung lebih keras. Hal tersebut dapat menyebabkan sakit kepala dan tegang di daerah kelopak mata. Jika ditambah penggunaan jarak baca dekat, dapat berisiko menambah minus anak yang berkacamata.

Hasil penelitian pada anak usia sekolah (6-12 tahun), menunjukkan bahwa ada pengaruh antara posisi dan intensitas pencahayaan saat menggunakan gadget terhadap penurunan tajam penglihatan anak usia sekolah. Maka, gangguan mata anak dapat terjadi karena pencahayaan tidak baik dan jarak yang dekat antara mata dan gadget.

Kerja Otot

Pencahayaan dan jarak tersebut berpengaruh tehadap kerja otot mata. Jika ini tidak sesuai, menyebabkan otot mata bekerja lebih keras dan jika dibiarkan terus dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan secara permanen. Sungguh disayangkan, jika anak-anak yang masih muda harus mengalami penurunan penglihatan mata. Sementara itu, masa depan mereka masih panjang.

Ketiga, gangguan tangan. Penggunaan layar sentuh (touchscreen) memang memudahkan menggunakan gadget. Tapi rawan membuat tangan cedera karena posisi ditekuk yang terlalu lama dan membuat beban pada jari serta pergelangan tangan lebih keras. Penggunaan jari dan tangan pada gadget dalam waktu lama atau jangka panjang, secara terus-menerus dapat menyebabkan cedera pada jempol (Blackberry Thumb), cedera tangan (iPad Hand). Dampak lebih berat: mati rasa, kerusakan otot, nyeri, dan perlu pembedahan untuk pengobatan.

Upaya pencegahan terhadap gangguan kesehatan anak yang diakibatkan penggunaan gadget perlu untuk dilakukan oleh orang tua. Buat aturan penggunaan gadget di rumah. Misalnya, gadget tidak boleh dipergunakan ketika semua keluarga sedang berkumpul. Atau gadget hanya boleh dipergunakan selama jam belajar untuk mendukung proses belajar anak.

Sibukkan anak dengan aktivitas positif, sehingga menjauhkannya dari penggunaan gadget terus menerus. Misalnya, orang tua dapat mengajak anak melakukan kegiatan fisik seperti olahraga, bermain musik, atau menari. Orang tua dapat juga mendaftarkan anak ke komunitas atau les bakat. Jika anak sudah sekolah, dapat diikutkan kegiatan ekstrakurikuler. Pihak sekolah dapat mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler sesuai bakat siswa-siswanya.

Sosialisasi gangguan kesehatan akibat gadget pada anak. Pemerintah perlu berperan aktif untuk dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat, khususnya para orang tua mengenai dampak negatif terhadap kesehatan akibat penggunaan gadget oleh anak.

Kementerian Kesehatan beserta jajaran dapat melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat dalam upaya tersebut atau dapat juga melalui kader dan program khusus untuk sosialisasi tersebut. John F Kennedy pernah mengatakan, anak-anak adalah sumber daya dunia yang paling bernilai, dan harapan terbaik untuk masa depan.

Oleh karenanya, anak-anak sudah selayaknya mendapat perlindungan kesehatan karena masa depan suatu bangsa bergantung pada mereka. Yang utama, sebagai orang tua tentu ingin anak-anaknya sehat dan memiliki masa depan yang baik. Penulis Pegawai Kementerian Kesehatan

Komentar

Komentar
()

Top