Dalam Jangka Panjang, Utang Luar Negeri Timbulkan Risiko Fiskal
Ilustrasi utang negara
Foto: ANTARAJAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2024 tercatat sebesar 425,1 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar 6.590 triliun rupiah, tumbuh 7,3 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Utang itu bersumber dari sektor publik dan sektor swasta. Posisi ULN Agustus 2024 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dollar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah. Manajer Riset Seknas Fitra, Badiul Hadi, yang diminta pendapatnya di Jakarta, Senin (14/10), mengatakan meskipun pertumbuhan itu dipengaruhi oleh pelemahan dollar atas mata uang berbagai negara, tetapi tetap harus diwaspadai sebagai beban APBN karena ada risiko jika dollar AS kembali menguat, maka beban ULN Indonesia dapat meningkat.
Posisi ULN yang bersumber dari sektor publik dan swasta mengisyaratkan bahwa bukan hanya pemerintah, tetapi juga sektor korporasi yang semakin mengandalkan pinjaman luar negeri. "Ini berpotensi menjadi sumber ketidakstabilan jika sektor swasta gagal memenuhi kewajibannya dalam membayar utang, terutama di tengah situasi ekonomi global yang tidak menentu. Tingkat pengawasan dan manajemen risiko di sektor swasta harus diperketat," tegas Badiul. Meskipun BI menyatakan bahwa ULN tetap terkendali, angka pertumbuhan itu terus memperlihatkan kebergantungan pada utang.
Dalam jangka panjang, pertumbuhan ULN berpotensi menimbulkan risiko fiskal dan makroekonomi. BI dan pemerintah perlu terus memantau perkembangan ULN ini dengan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih berhati-hati, terutama terkait dengan pengelolaan mata uang dan stabilitas ekonomi domestik. "Risiko volatilitas nilai tukar harus dikelola dengan baik untuk menghindari membengkaknya beban pembayaran utang dalam denominasi asing," kata Badiul.
Dalam keterangan tertulisnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, di Jakarta, Senin, mengatakan struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal itu tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjaga sebesar 31 persen, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 84,3 persen dari total ULN.
Posisi ULN pemerintah pada Agustus 2024 tercatat sebesar 200,4 miliar dollar AS, atau tumbuh sebesar 4,6 persen year on year (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pada Juli 2024 sebesar 0,6 persen (yoy). Perkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik, seiring dengan semakin terjaganya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia. Sebagai salah satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif serta belanja prioritas guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Electricity Connect 2024, Momentum Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Tim Putra LavAni Kembali Tembus Grand Final Usai Bungkam Indomaret
Berita Terkini
- Operasi Gabungan Berhasil Memberantas Seluruh Pusat Penipuan Telekomunikasi di Myanmar
- Bawaslu DKI: RT/RW Jangan Terlibat Politik Praktis di Pilkada Jakarta
- MUF GJAW 2024 Diharapkan Jadi Katalisator Pertumbuhan Industri Otomotif Nasional
- Ini Peyebabnya Kenapa Warga Diminta untuk Mewaspadai Penyakit Kulit dan Demam Berdarah
- Indonesia dan AS Sinergis untuk Membangun Pusat Komando di IKN