Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Crypto Mining Butuh Energi Besar, Bisakah Kripto Ramah Lingkungan?

Foto : The Conversation/Shutterstock/Rafapress

Ketika mata uang kripto Ethereum mengubah prosesnya, ia memangkas penggunaan energinya hingga hampir 100%.

A   A   A   Pengaturan Font

Investasi kripto umumnya dianggap tidak ramah lingkungan, karena penambangan kripto membutuhkan energi (listrik) besar.

Jean Bessala, University of Salford

Mata uang kripto kerap dikritik karena minimnya kontribusi terhadap lingkungan di saat kegiatan investasi tradisional beralih ke nilai lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dengan lebih progresif. Akankah kripto mendapatkan kredensial hijau atau ramah lingkungannya?

Seperti yang diketahui, investasi hijau terdiri dari aset seperti obligasi yang mendanai proyek yang berkesinambungan terhadap lingkungan dan sosial. Obligasi hijau, misalnya, berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca, peningkatan kapasitas energi terbarukan, dan pengembangan infrastruktur transportasi bersih.

Di sisi lain, investasi kripto umumnya dianggap tidak ramah lingkungan, karena penambangan kripto membutuhkan energi (listrik) besar. Penambangan dalam konteks kripto merujuk pada mekanisme yang disebut "proof of work" (POW). Para "penambang" kripto kerap menggunakan komputer khusus untuk memecahkan program yang kompleks untuk mengamankan transaksi dan menciptakan koin baru yang notabene memerlukan sumber energi besar.

Beragam organisasi seperti Badan Energi Internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyampaikan kekhawatiran mereka tentang dampak penambangan kripto, khususnya Bitcoin yang menjadi aset kripto paling populer.

Jejak lingkungan kripto
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top