Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perkotaan Modern

Chongqing, Wajah Kota Pegunungan yang Futuristik

Foto : AFP
A   A   A   Pengaturan Font

Kota tua Chongqing yang bergunung-gunung dan berada di dua aliran sungai, melahirkan langkap kota yang stereoskopik. Kota yang telah berumur 3.000 tahun ini kini menawarkan suasana tradisional sekaligus futuristik.

Tahun 1968 menjadi tonggak bagi Tiongkok untuk memulai perjalanan reformasi. Masyarakat komunisnya yang dulunya tertutup, diubah menjadi terbuka terhadap dunia di sekitarnya yang mengglobal dengan cepat.

Transformasi mentalitas, ekonomi, dan budaya ini ditetapkan untuk mengubah Republik Rakyat Tiongkok menjadi negara adikuasa modern. Selama empat dekade, Tiongkok mengalami industrialisasi dan urbanisasi terbesar serta tercepat di dunia, dan hal ini juga dialami oleh Kota Chongqing.

Kota yang memiliki sejarah lebih dari 3.000 tahun itu dikonseptualisasikan oleh Partai Komunis Tiongkok untuk meringankan beban kota-kota pesisir. Sebelumnya, kota ini telah menjadi ibu kota negara, pelabuhan sungai terkemuka, dan pusat transportasi jauh sebelum Dinasti Qing.

Sebelum rencana reformasi Tiongkok, Chongqing memiliki populasi tetap sebesar 2.544.566 jiwa. Dalam waktu yang relatif singkat pada tahun 2019, jumlah penduduknya telah melonjak hingga sekitar 15.354.067 jiwa.

Reformasi ekonomi dan budaya telah menjadi mesin urbanisasi yang berjalan lancar. Tingkat urbanisasinya diperkirakan akan meningkat hampir dua kali lipat dari 36 persen pada tahun 2002 menjadi 70 persen pada tahun 2050, atau sekitar peningkatan 400-700 juta orang.

Baru-baru ini Kota Chongqing di Tiongkok menarik perhatian publik karena desain tata kotanya yang dianggap futuristik. Kota ini sempat viral karena mendapatkan perhatian dunia berkat postingan akun media sosialX@tanyakanrlpada Sabtu (17/2) yang menganggap kota tersebut memiliki beberapa bangunan dengan arsitektur unik.

Warganet membagikan foto keunikan arsitektur kota yang memiliki luas lebih dari 82.000 kilometer itu. Di sana, warga dapat menemukan jalan raya setinggi gedung puluhan lantai, jembatan bersusun, rel kereta yang menembus gedung, jalan di atas gedung, kereta gantung, dan sebagainya.

Topografi Chongqing yang demikian karena kota ini berada wilayah pegunungan. Di utara ada Pegunungan Daba, di timur ada Gunung Wushan, di barat ada Pegunungan Wuling dan Wulong, dan di selatan ada Pegunungan Dalou. Karena berada di antara pegunungan menjadikan permukaan tanah kota ini bergelombang.

Di bagian tenggara terdapat serangkaian bukit dan lembah. Selain itu, dua sungai besar mengalir melewati Chongqing, yakni Yangtze dan Jialing. Kondisi ini menjadikan Chongqing sebagai kota pelabuhan industri dan perdagangan utama di Tiongkok barat daya

Berada di pegunungan dengan kemiringan berbeda-beda membuat kota ini dibangun menyesuaikan dengan kontur tanahnya. Tidak heran lanskap perkotaan bersifat stereoskopik dengan karakteristik unik yang menghadirkan sebuah suasana yang unik dan baru bagi orang luar.

Sebelum modernisasi kota, Chongqing dipenuhi jalan sempit dan berkelok-kelok mengikuti topografi bukit. Ada pula area yang naik turun dengan ratusan anak tangga. Gedung pencakar langit, jalan-jalan yang sempit dengan pemandangan malam yang mempesona adalah keunggulan yang kota ini.

Berkelana di atas bangunan penting kota, mengagumi perluasan kota, dan melihat pertemuan yang menakjubkan. Mengeksplorasi kota ini pengunjung akan menemukan pengalaman surealis. Naik lift berkecepatan tinggi menuju ketinggian 250 meter lalu melangkahl ke Crystal di Raffles City Chongqing, gedung pencakar langit horizontal pertama di Tiongkok.

Perpaduan dinding tirai transparan dan tanaman hijau subur menciptakan suasana yang mirip dengan taman futuristik, yang sekarang diubah menjadi ruang yang disebut Cloudland. Tempat ini menawarkan berbagai kegiatan rekreasi di dataran tinggi bagi para pengunjung.

Dari teras dalam hingga luar Cloudland, pengunjung dapat berjalan-jalan di platform kaca yang sepenuhnya transparan. Di bawahnya adalah dapat dilihat lanskap perkotaan setempat dan pertemuan Sungai Yangtze dan Sungai Jialing.

Di sebelah Cloudland terdapat ayunan langit, yang memberi pengalaman melompat dari ketinggian yang mengasyikkan. Para penggemar petualangan dapat merasakan adrenalin yang memuncak di atas jalan layang yang berada luar gedung bertingkat. Ada pula jalur sepanjang 380 meter menanti di atas koridor, dihiasi dengan aksen oranye terang yang mengingatkan pada lintasan olahraga.

"Saat saya memandang ke bawah dari puncak kota, menikmati kontur tiga dimensi lanskap kota pegunungan, saya terkesima oleh intensitas pengalaman tersebut. Stimulasi sensorik ini membuat perjalanan saya ke Chongqing semakin tak terlupakan," kata Wang Lingfei, seorang pengunjung dari Beijing, dikutip dariThe Tower Info.

Cloudland, yang memadukan wisata dengan hiburan, telah muncul sebagai tujuan wisata populer bagi wisatawan yang mencari pengalaman di ketinggian. Selama liburan Festival Musim Semi awal tahun ini, pendapatan tiketnya melampaui 4,5 juta yuan, menurut seorang anggota staf di lokasi.

Di Jiefangbei, area bisnis utama Chongqing, terdapat tiga platform observasi dataran tinggi, termasuk Cloud Paradise. Sejak tahun 2023, kota ini telah memanfaatkan sepenuhnya keunggulan uniknya seperti pemandangan malam kota pegunungan, pemandangan tepi sungai, lorong-lorong kuno, dan gua pertahanan udara untuk menciptakan skenario konsumsi baru yang telah diterima dengan baik oleh konsumen.

Pembaruan

Dari gedung pencakar langit hingga lorong-lorong biasa, aspek-aspek tertentu dari pembaruan perkotaan juga telah merebut hati konsumen. Misalnya, Taman Houbao di Distrik Nan'an, meskipun telah ada di sana selama bertahun-tahun, baru-baru ini mendapat perhatian di platform media sosial, semuanya berkat sebuah kafe.

Bernama Swimin, kafe ini bertengger di tebing dan berubah dari paviliun taman tradisional. Dekorasi interiornya mengadopsi teknik "meminjam pemandangan" dari taman, dengan jendela kaca transparan sempit yang memantulkan lanskap kota yang jauh ke dalam kafe.

Landmark kota tampaknya berada dalam jangkauan lengan, memamerkan perpaduan mulus antara elemen modern dan tradisional. Menurut penduduk setempat bernama Zhang Xinwen yang datang ke sana untuk menikmati matahari terbenam setelah mengunjungi tempat-tempat wisata utama bersama teman-teman dari provinsi lain, ia tidak hanya bisa menikmati kopi dengan santai, tetapi juga menikmati pemandangan kota yang menakjubkan.

Saat malam tiba, lampu-lampu kota menerangi sekitarnya. Alunan merdu dari alat musik tradisional Tiongkok sering kali berasal dari alun-alun di sepanjang sungai. Konser di tepi sungai seperti itu menawarkan pengalaman unik dibandingkan dengan konser dalam ruangan, memungkinkan orang-orang bergoyang bebas mengikuti alunan musik, alih-alih terkurung di tempat duduk. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top