Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 28 Des 2024, 11:30 WIB

Khawatir Berat Badan Naik Saat Libur Panjang? Begini Cara Menyiasatinya

Makan bersama saat musim liburan, seperti Natal dan Tahun Baru bisa menjadi momen yang menyenangkan.

Foto: GRENVELOPE.COM
Alison Fixsen, University of Westminster

Makan bersama saat musim liburan, seperti Natal dan Tahun Baru bisa menjadi momen yang menyenangkan. Namun, bagi kamu yang mengalami kecemasan terhadap makanan karena masalah berat badan dan gangguan makan, momen ini bisa terasa sulit dan menantang.

Liburan panjang dapat menimbulkan rasa bosan, bahkan sering kali memperburuk perasaan cemas, sedih, kesepian, hingga stres. Untuk menghilangkan stres ataupun sekadar memanjakan diri, kamu mungkin cenderung makan berlebih yang justru dapat memperburuk pola makan tidak teratur.

Belum lagi, musim liburan identik dengan undangan makan bersama yang ketika dihadiri dapat menimbulkan perasaan serba salah dan terkadang menyakitkan. Ini bisa disebabkan perasaan tidak enak ketika menolak undangan, khawatir dihakimi orang lain saat terlalu fokus terhadap makanan, atau justru merasa bersalah mengonsumsi makanan dalam jumlah besar.

Akibatnya, beberapa pengidap gangguan makan mungkin memilih menghindari pertemuan dengan keluarga maupun teman.

Cara atasi kecemasan terhadap makanan saat liburan

Melewati masa liburan boleh jadi bukan hal yang mudah bagi pengidap gangguan makan, tetapi sejumlah cara di bawah ini bisa dilakukan untuk menyiasatinya:

1. Hindari diet ekstrem

Banyak orang mencoba diet ketat saat libur panjang demi  menghindari makan berlebih. Namun, diet ekstrem justru dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.

Cobalah temukan cara menyeimbangkan hasrat ngemil dengan kebiasaan sehat. Misalnya, daripada langsung konsumsi makanan penutup yang menggoda, berjalan-jalan bersama pasangan atau keluarga bisa menjadi pilihan. Keinginan ngemil mungkin hilang saat kamu kembali.

Biasakan pula mengambil jeda antara waktu makan agar membantu kamu lebih fokus terhadap sinyal tubuh sehingga tahu kapan waktunya benar-benar lapar, daripada kamu hanya duduk diam dan makan ketika hidangannya tersedia.

2. Fokus terhadap nutrisi

Alih-alih menghindari menu favorit liburan atau menghilangkan jenis makanan tertentu, kamu bisa menambahkan ragam asupan kaya nutrisi. Contohnya, buah-buahan, sayuran, protein tanpa lemak, biji-bijian, dan makanan kaya serat, yang dapat memberikan banyak manfaat untuk pencernaan dan kesehatan secara menyeluruh.

Menjaga kesehatan merupakan perjuangan yang panjang. Satu atau dua kali makan berlebihan selama liburan tidak akan menggagalkan usahamu. Sebaliknya, pola makan terlalu ketat justru dapat menyebabkan kekurangan nutrisi.

Sementara, fokus berlebihan konsumsi makanan sehat saja justru bisa menjadi tanda-tanda gangguan makan.

3. Hindari media sosial, lakukan aktivitas menyenangkan

Waspadai pengaruh iklan dan media sosial selama libur panjang. Sebagian besar konten yang muncul di periode ini dirancang untuk menggugah keinginan, memicu ketidakpuasan terhadap tubuh, dan timbulkan kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain. Beristirahat dari media sosial selama masa liburan mungkin membantumu menghindari konten yang mengganggu.

Sebaliknya, lakukan aktivitas yang menyenangkan, santai, dan bermakna bagimu. Cara merawat diri ini dapat bantu mengatasi tekanan liburan sehingga berpotensi menghindarkan kamu dari kebiasaan makan tidak sehat.

4. Dapatkan bantuan dan dukungan

Bercerita kepada seseorang dapat membantu mengurangi kekhawatiran dan rasa kesepian. Hubungi orang yang kamu percaya, psikolog, ataupun kelompok pendukung ketika kondisi mentalmu terganggu selama liburan. Sejumlah institusi maupun organisasi kesehatan menyarankan pengidap gangguan makan untuk mencari bantuan secepat mungkin.

Dengan menerapkan sederet cara di atas, pengidap gangguan makan diharapkan dapat menyiasati tantangan yang mengganggu pola makan selama libur panjang.The Conversation

Alison Fixsen, Senior Lecturer Psychology, University of Westminster

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Redaktur: -

Penulis: -

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.