Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 04 Nov 2021, 20:39 WIB

Cara Atasi Autoimun Kulit

gejala autoimun

Foto: ISTIMEWA

JAKARTA - Penyakitautoimunadalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri. Penyakit autoimun jumlahnya mencapai ratusan, salah satu di antaranya autoimun kulit.

Autoimun kulit kelihatannya sepele, namun demikian penyakit ini dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, karena bersifat kronis jangka panjang dan dan bersifat kambuhan. Pengobatan masih terbatas untuk mengatasi peradangan dan mengendalikan sistem imun yang terlalu aktif.

"Oleh sebab itu, pasien diimbau untuk selalu melakukan kontrol rutin dan pola hidup sehat untuk memperbaiki kualitas hidup mereka," ujar CEO Klinik Pramudia, dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, dalam webinar yang diselenggarakan Rabu (3/11).

Spesialis kulit dan kelamin (Dermato-venereologi) Klinik Pramudia, dr. Amelia Soebyanto, Sp.DV, menyatakan, secara umum, gejala autoimun kulit yang biasa ditemukan adalah berupa bercak kemerahan atau bercak berwarna putih. Itu terjadi pada permukaan kulit, rambut maupun kuku.

"Kadang disertai dengan lepuhan dan keterlibatan mukosa seperti mukosa mulut, mata maupun kelamin. Perjalanan penyakit autoimun kulit ini cenderung kronis jangka panjang dan bersifat kambuhan," ujar dia.

Mereka yang memiliki risiko autoimun kulit, kata dr. Amelia terbagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Penyakit autoimun kulit pada dasarnya bukan penyakit yang menular. Secara internal, Autoimun Kulit bisa terjadi karena faktor genetik, misalnya ada anggota keluarga yang juga mengidap penyakit yang sama.

Secara eksternal, autoimun kulit ini bisa terjadi akibat faktor lingkungan seperti infeksi, obat-obatan, merokok, obesitas, pajanan sinar UV yang berlebihan, stress, dan lain sebagainya. "Penderit jangan sampai stress. Perlu men manajemen stress untuk menghindari kekambuhan. Dan yang terpenting, segera melakukan konsultasi ke dokter spesialis kulit jika mengalami kekambuhan," katanya.

Ia mengatakan selama pandemi penyakit autoimun kulit yang muncul adalah psoriasis, vitiligo, dan urtikaria (biduran). Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit yang kronik dan sering kambuh, dapat timbul pada semua usia, terutama 15-30 tahun dan 50-60 tahun.

Menurut laporan yang diterbitkan Mayo Clinic, prevalensi terjadi sekitar 0,1-3 persen dengan ras Kaukasia paling banyak dilaporkan. Di Indonesia sendiri dilaporkan sekitar 2,5 persen dari populasi, dan dapat mengenai laki-laki maupun perempuan.

Kedua yaitu vitiligo, yang merupakan suatu kelainan kulit berupa bercak putih seperti kapur, kadang disertai gatal. Vitiligo dapat terjadi pada segala usia, namun sekitar 50 persen kasus terjadi sebelum usia 20 tahun dan prevalensi meningkat seiring dengan pertambahan usia.

Ketiga yaitu urtikaria, merupakan kondisi di mana terdapat lesi pada kulit yang meninggi dan gatal. Penyakit yang disebut biduran ini umumnya, lesi tersebut berwarna merah, dan terasa gatal hingga perih. Prevalensi urtikaria autoimun dilaporkan sekitar 0,05-3 persen dan ditemukan 2 kali lebih banyak pada perempuan dengan rentang usia 40-49 tahun.

Pengobatan, baik psoriasis, vitiligo, maupun urtikaria tentu memiliki cara pengobatan spesifiknya masing-masing. Namun secara umum, tatalaksana penyakit autoimun kulit yaitu berupa obat oles (topikal), obat minum (oral), obat suntik, maupun fototerapi atau fotokemoterapi.

"Pertimbangan pemberian terapi ini tentu disesuaikan dengan jenis penyakit, luas dan derajat keparahan penyakit, serta kondisi penyertanya atau komorbiditas. Selain obat-obatan, penatalaksanaan non-medikamentosa juga penting, yakni dengan menghindari garukan dan trauma," papar dia.

Amelia kembali menambahkan, pengobatan terhadap penyakit autoimun kulit menjadi tantangan tersendiri pada masa pandemi. "Pada intinya, jangan takut memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit di masa pandemi ini karena tentu saja prosedur konsultasi dan pemeriksaan semuanya sesuai dengan protocol kesehatan," ujar dia.

Terkait vaksin, pasien autoimun kulit tentu dapat memperoleh vaksin Covid-19, asalkan kondisinya terkontrol dan penggunaan obat sesuai dengan anjuran dan dibawah pengawasan dokter spesialis kulit (Sp.KK). Selain itu, perlu ada konsultasi menyeluruh pada pasien dengan penyakit penyerta seperti nyeri sendi, kadar gula yang tinggi, dan tekanan darah tinggi.

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.