Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Capres Segar: Nurhadi-Aldo

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

CATATAN ARSWENDO

Pekenalkan-walau mungkin kini sudah terkenal, pasangan capres dan cawapres baru, di luar yang sudah diumumkan. Nama yang diperkenalkan adalah Nurhadi-Aldo Suparman. Kurang nyaman karena disingkat menjadi "dildo"-alat pemuas seks yang kurang nyaman dibicarakan. Sejak bulan lalu, pasangan ini merampas perhatian. Karena segar, tidak kaku, dan sedikit melompat dari tata krama yang ada.

Maklum, ini sebenarnya adalah pasangan fiktif, pasangan yang tidak benar-benar ada, tidak benar-benar maju dalam pilpres. Foto Nurhadi yang ditampilkan lewat media sosial, sebenarnya seorang pemijat di wilayah tempat tinggal di Kudus, Jawa Tengah. Sejak empat tahun lalu, foto dirinya yang "meyakinkan" dengan tampang pejabat sudah muncul di media sosial dengan pengikut lumayan banyak dan terus bertambah. Bersama dengan Aldo, keduanya dicalonkan Partai untuk Kebutuhan Iman-tentu saja ini juga partai politik tidak benar-benar ada, mereka berdua dipasangkan, ditampilkan. Dalam hal ini, semua ini ulah admin, atau dalang, dan kita mengenal dengan sebutan Edwin.

Edwin, dan para pendukung pasangann Nurhadi-Aldo menyapa masyarakat. Dengan humor segar khas anak muda, dengan nada satire-yang meledek pasangan resmi yang sok menggurui, dan ada kesan akrab-lucu. Masyarakat tidak dipaksa-paksa memilih misalnya. Dan ternyata, pendekatan ini mendapat respons masyarakat. Ibarat kotak kosong, Nurhadi- Aldo membuat persaingan di pilpres ada lucunya. Tidak melulu tentang kehancuran suatu negara, atau pameran kebencian.

Dengan pengikut yang sudah ratusan ribu, bisa dipastikan banyak yang mengikuti, dan memberbincangkan, sehingga pesan yang disampaikan, kalau dijumlah mencapai jutaan kali dibaca. Dan Edwin, mengelola dengan baik. Beberapa postingan memberi kesan lebih mendidik dan tidak membosankan. Kalau celah ini dimasuki, capres bohongan ini malah lebih real, lebih nyata dalam bersapa. Ini menunjukkan kembali bahwa komunikasi dalam masyarakat kita bisa tetap ketat, tapi juga lucu, bisa tetap gecul . Ada sindiran, ada kritik, tapi dalam balutan senyum. Kutipan-kutipan yang dimunculkan selama ini menunjukkan itu.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top