Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Wisata Temanggung

Candi Pringapus, Sisa Kompleks Percandian yang Hilang

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Situs Liyangan di Kabupaten Temanggung terkubur sedalam 5 hingga 6 meter. Endapan dari situs yang memiliki luas 8,12 hektare ini menurut jurnal berkala Arkeologi (Vol 35/Mei 2015) berupa jatuhan material piroklastik berseling dengan lava dan aliran material, yang berlangsung dalam beberapa fase.

Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk oleh proses litifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat vulkanik secara erupsi yang bersifat eksplosif. Material ini kemudian kemudian tertransportasi melalui media gas, angin, dan selanjutnya terendapkan di atas tanah yang kering atau dalam tubuh air.

Seperti Situs Liyangan, Candi Pringapus di Desa Pringapus, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, juga tidak lepas dari gempuran letusan Gunung Sindoro. Berada di timur laut gunung ini, ketika ditemukan pada pertama kalinya oleh Friedrich Franz Wilhelm Junghuhn pada 1844 kondisinya dalam keadaan runtuh namun beruntungnya batuan penyusun candi termasuk reliefnya masih utuh.

Pada 1929, Dinas Purbakala pemerintah Hindia Belanda (Oudheidkundige Dienst) melakukan pemugaran terhadap candi ini. Dua dekade kemudian, dilakukan penelitian mengenai ragam hias Candi Pringapus oleh EB Vogler. Berdasarkan pada inskripsi yang ditemukan di bagian pondasi, Candi Pringapus didirikan sekitar tahun 772 Saka atau 850 Masehi.

Dari berbagai bukti Candi Pringapus kemungkinan adalah candi perwara atau candi pendamping. Nama tersebut diambil merujuk kepada pengawal raja. Biasanya candi kecil ini mengelilingi candi utama yang berada di tengahnya, sehingga kemungkinan bagian dari kompleks percandian yang dipersembahkan untuk Dewa Siwa.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top