Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 17 Nov 2021, 08:23 WIB

Buruh Tani Butuh Diversifikasi Pekerjaan

Foto: ISTIMEWA

JAKARTA - Pemerintah perlu menyediakan pekerjaan bagi buruh tani di masa masa sulit agar mereka tetap mendapatkan pemasukan untuk membiayai kehidupan mereka. Pada Oktober lalu, upah riil buruh tani turun karena minimnya aktivitas di sektor pertanian yang membutuhkan jasa mereka.

Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah meminta pemerintah mengutamakan buruh tani dalam pekerjaan padat karya di desa. Buruh tani itu, kata dia, banyak di perdesaan.

"Perhatian pemerintah bisa berbentuk memberikan buruh tani ini pekerjaan di saat sulit. Misalnya pekerjaan program padat karya, harus libatkan mereka. Biar mereka punya pemasukan," terang Said pada Koran Jakarta, Selasa (16/11).

Kalau bukan melalui padat karya, lanjut dia, sebenarnya bisa dengan cara lain yakni dengan menyediakan lahan di desa yang tidak digunakan untuk mereka olah. Pasalnya, buruh tani ini kebanyakan tidak memiliki lahan.

Dia berpandangan pemerintah perlu menyediakan diversifikasi pekerjaan bagi buruh tani supaya ketika lagi tidak ada pekerjaan di sektor pertanian yang membutuhkan jasa mereka, mereka bisa bekerja di sektor lainnya. "Pemerintah perlu beri pelatihan di bidang lain, agar ekonomi buruh tani ini tetap jalan," tegasnya.

Said mengatakan pemerintah tidak cukup mengandalkan pemberian subsidi untuk mengukur kesejahteraan buruh tani. Sebab, subsidi itu hanya dinikmati pemilik lahan, sementara buruh tani ini banyak yang tidak memiliki lahan.

Terkait penurunan upah ril buruh tani, Said menilai hal itu dipengaruhi minimnya aktivitas di sektor pertanian pada September dan Oktober.

"Orang baru mulai tanam pada November ini. Artinya, kerja buruh tani baru ramai mulai bulan bulan ini. Jadi, itu memang siklus tahunan, di samping karena secara ekonomi keseluruhan belum benar benar pulih. Karena pemilik lahan itu baru memperkerjakan orang kalau ekonominya dia baik. Kalau tidak tentu ia tidak mempekerjakan buruh tani," jelasnya.

Upah Turun

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pendapatan harian pekerja, khususnya buruh tani dan buruh bangunan, secara nominal meningkat. Sayangnya, kenaikan itu tergerus inflasi sehingga upah riilnya malah turun.

Kepala BPS, Margo Yuwono, di Jakarta, Senin (15/11), mengatakan upah nominal harian buruh tani pada Oktober 2021 naik tipis sebesar 0,08 persen menjadi 57.009 rupiah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 56.962 rupiah. Sedangkan upah riil buruh tani turun 0,01 persen menjadi 52.875 rupiah dibandingkan September 2021 sebesar 52.882 rupiah.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.