Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perdagangan Saham - “Top Gainer” Didominasi Saham Lapis Kedua dan Ketiga

Bursa Bergantung Faktor Eksternal

Foto : Koran Jakarta/Wahyu AP

Pekerja melintas di depan papan indeks saham Bursa Efek Indonedia, Jakarta, Selasa (1/8). Pada sesi kedua perdagangan, IHSG masih melanjutkan pelemahan hingga kemudian ditutup melemah 0,61 persen atau 35,73 poin ke level 5.805,21.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pelaku pasar memperkirakan pada semester II tahun ini pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal atau global, seperti suku bunga The Fed dan pemangkasan neraca bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut. Sementara itu, sentimen pasar dari dalam negeri diprediksi masih minim.

Analis First Asia Capital, David Nathanael Sutyanto, mengatakan tantangan di semester kedua dirasa akan cukup banyak. Namun, sentimen saat ini yang paling menantang bukan datang dari dalam negeri, melainkan dari luar negeri. "Kalau dilihat dari indikatorindikator dalam negeri masih bagus.

Memang menjadi satu anomali mengenai turunnya daya beli masyarakat, tapi itu masih debatable," kata David, di Jakarta, Selasa (1/8). Menurut dia, saat ini merupakan masa peralihan atau shifting dan kondisi di semester kedua masih sangat menantang. David menilai secara keseluruhan sektor-sektor saham penggerak indeks harga saham gabungan (IHSG) masih bergerak dengan baik, seperti yang terjadi pada semester pertama.

"Apa yang datang dari global justru yang mengubah kondisi kita lebih banyak sehingga menyebabkan capital outflow," ujar dia. Meskipun baru-baru ini muncul sentimen dari dalam negeri terkait posisi utang Indonesia, kata dia, seharusnya hal itu tidak perlu dibesar-besarkan. Posisi utang Indonesia memang membengkak, tapi pemerintah memang membutuhkan pinjaman yang besar untuk membiayai pembangunan infrastruktur.

Pemerintah juga terlihat fokus menjaga menjaga tingkat inflasi tetap rendah agar tidak mendorong kenaikan suku bunga acuan. Sementara itu, posisi IHSG saat ini sudah di level 5.900 dan mulai muncul aksi ambil untung atau profit taking. Dari posisi saat ini, sulit membuat indeks BEI terjungkal, berbeda apabila IHSG sudah di bawah 5.500.

"Top Gainer"

Terkait dengan saham yang menyajikan keuntungan terbesar (top gainer) sepanjang tahun ini, justru didominasi oleh kelompok saham lapis kedua dan ketiga yang umumnya berharga murah serta tidak likuid. (lihat tabel) Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan saham yang masuk dalam top gainer tentunya berkaitan dengan aktivitas transaksi para pelaku pasar, khususnya trader, yang memanfaatkan berita-berita terkait emiten tersebut.

"Harga yang terbilang cukup dianggap murah membuat banyak trader memanfaatkannya untuk mendulang gain," ungkap Reza. Mengacu pada hal tersebut, lanjut Reza, likuiditas saham umumnya rendah, namun dengan harga yang relatif dianggap murah membuat sahamsaham ini menjadi pilihan. Meski demikian, pergerakan harga pada top gainer terkadang tidak sejalan dengan kinerja emiten.

Trader umumnya mengandalkan berita yang dinilai positif untuk mengambil posisi pada saham tersebut. "Misalkan, jika di tahun lalu tidak ada berita tentang BINA, lalu saat ini ada berita-berita tentang BINA sehingga sahamnya bergerak," jelas Reza.

yni/AR-2

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top