Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ketahanan Pangan

Bulog Disarankan Memaksimalkan Penyerapan Beras saat Panen Raya

Foto : ANTARA/HO

Pekerja saat mengangkat beras dari gudang Bulog

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Perum Bulog disarankan memaksimalkan penyerapan sebanyak-banyak beras dari petani dalam negeri pada masa panen raya untuk memenuhi stok, sementara melakukan operasi pasar di masa paceklik. Ketika harga beras sedang tinggi seperti sekarang ini, Bulog fokus di hilir untuk menjaga harga.

"Seharusnya pada masa panen raya, Bulog menyerap gabah atau beras petani sebanyak-banyaknya," kata Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori dalam diskusi mengenai beras yang diselenggarakan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) secara daring di Jakarta, Jumat (2/12).

Seperti dikutip dari Antara, Khudori menjabarkan mengenai pola masa tanam dan masa panen padi di Indonesia yang terus berulang setiap tahunnya. Pada periode 2018 hingga 2020, masa panen raya dengan produksi padi melimpah terjadi pada bulan Maret dan April dengan rata-rata produksi 9,5 juta ton.

Produksi tersebut terpangkas separuhnya pada pertengahan tahun menjadi 4,5 juta ton, dan produksi terendah selalu terjadi pada bulan Oktober hingga Desember di angka rata-rata 1,5 juta ton.

Selain itu, Khudori juga menyajikan data konsumsi beras nasional yang cenderung stagnan sepanjang tahun di angka 2,5 juta ton. Sementara produksi beras fluktuatif dengan angka tertinggi 5,2 juta ton pada Maret-April, dan produksi terendah di kisaran 1 juta ton pada Desember dan Januari.

Pada masa paceklik seperti sekarang ini, kata Khudori, Bulog seharusnya melakukan operasi pasar untuk menstabilkan harga beras di pasaran, bukannya melakukan pengadaan dengan membeli stok beras di penggilingan.

Khudori mengatakan apabila Bulog membeli beras di penggilingan di masa sekarang, hal itu hanya mengerek harga menjadi lebih tinggi lagi lantaran permintaan yang besar dari Bulog. "Kalau Bulog agresif masuk ke pasar, harga kian tinggi. Padahal harga gabah dan beras sudah tinggi," kata Khudori.

Data BPS

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan harga beras mulai melemah pada November 2022. BPS menyebutkan kenaikan harga atau inflasi beras mulai melemah pada November 2022 dengan kenaikan sebesar 0,37 persen dibandingkan peningkatan harga beras pada bulan Oktober yang sebesar 1,13 persen.

Rata-rata harga beras kualitas premium pada November 2022 di penggilingan sebesar 10.512 rupiah per kg, naik 10,19 persen dibandingkan November 2021.

Sedangkan beras kualitas medium di penggilingan sebesar 10.122 rupiah per kg atau naik sebesar 11,58 persen, dan rata-rata harga beras luar kualitas di penggilingan sebesar 9.542 rupiah per kg atau naik sebesar 9,54 persen secara year to year (yoy).

Dibandingkan dengan bulan lalu, rata-rata harga beras di penggilingan pada November 2022 untuk kualitas premium, medium, dan luar kualitas masing-masing naik sebesar 1,05 persen; 0,78 persen; dan 0,27 persen.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan informasi sebanyak 610.632 ton beras di penggilingan 24 provinsi Indonesia tersedia dan siap untuk diserap oleh Bulog guna memenuhi stok beras baik Cadangan Beras Pemerintah (CBP) maupun komersiil.

Koordinator Data Evaluasi dan Pelaporan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP), Batara Siagian mengatakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan telah melayangkan surat resmi ke Direktur Utama Perum Bulog mengenai data beras berikut lokasinya secara terperinci.

Kementan menegaskan stok beras di beberapa wilayah masih sanggup memenuhi kebutuhan beras untuk gudang Bulog. Penyampaian informasi mengenai stok beras ini merupakan hasil dari kesimpulan Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Kementan, Badan Pangan Nasional, dan BUMN Pangan bersama Komisi IV DPR pada 23 November 2022. "Hal ini tentu sebagai komitmen kami meyakinkan data BPS tidak ada keraguan sesungguhnya, karena faktanya di lapangan beras ada. Namun tentu dengan variasi harga tergantung lokasi," kata Batara.

Batara berharap Bulog dapat segera menyerap beras tersebut, dan tidak perlu melakukan importasi beras karena petani lokal masih sangat mampu memenuhi kebutuhan gudang Bulog.

"Dibandingkan produksi secara nasional, sebenarnya kebutuhan gudang cadangan beras Bulog sangat kecil. Tidak mungkin tidak dapat terpenuhi. Saat ini pun petani sedang berproduksi, dan bulan Februari-Maret stok akan melimpah. Kami mohon masa panen raya bisa dimaksimalkan penyerapan," kata dia.

Sebagai informasi, sesuai hasil RDP Komisi IV DPR beberapa waktu lalu Kementan diberikan waktu memvalidasi data lapangan, dan besaran stok beras yang ada di Indonesia.

Namun, pada RDP tersebut juga disampaikan oleh Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi bahwa data stok beras di penggilingan yang disampaikan Kementan sebelumnya tidak valid setelah dilakukan pengecekan langsung oleh Bulog.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top