Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis
Komoditas Dunia - RI Produsen Emas Terbesar Ketujuh Dunia

Bullion Bank Maksimalkan Pengelolaan Emas Nasional

Foto : istimewa

Ilustrasi emas batangan

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Rencana pemerintah membentuk Bullion Bank merupakan kebijakan dan langkah strategis untuk memaksimalkan pengelolaan emas dalam negeri. Sebab, posisi cadangan emas di Indonesia merupakan salah satu yang terbesar dunia.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menilai pembentukan Bullion Bank akan mampu memberikan banyak manfaat seperti yang telah diprediksikan pemerintah, yakni mendorong penghematan devisa negara karena hasil emasnya bisa disimpan di dalam negeri.

Kemudian diversifikasi produk yang bisa dijual oleh pihak bank serta nantinya masyarakat juga bisa mendapatkan imbal hasil dari emas yang disimpannya. "Apalagi nantinya bank mempunyai peran dalam mengontrol harga emas," ujarnya, di Jakarta, Jumat (5/3).

Tak hanya itu, menurutnya, emas yang merupakan logam mulia bersifat likuid jika ingin digunakan sebagai instrumen investasi akan menambah minat dan pilihan masyarakat dalam berinvestasi di sektor ini. "Adanya Bank Bullion saya kira bisa menambah minat dan pilihan masyarakat dalam berinvestasi di sektor ini," katanya.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, menambahkan, selama ini Indonesia memang tidak cukup dalam mengelola dan mengembangkan industri perhiasan emas. Padahal, Indonesia memiliki pertambangan Grasberg di Papua yang merupakan tambang emas terbesar di dunia setelah South Deep Gold Mine di Afrika Selatan dengan cadangan emasnya mencapai 30,2 juta ounce.

Selain itu, Indonesia juga merupakan negara produsen emas terbesar ketujuh di dunia dengan produksi 2020 mencapai 130 ton per tahun atau 4,59 juta ounce. Sementara konsumsi emas Indonesia cenderung masih rendah dengan rincian untuk retail investment 172.800 ounce dan perhiasan 137.600 ounce.

Diperlukan Hilirisasi

Karena itu, Piter menuturkan Indonesia juga membutuhkan industri hilir yang mengelola emas agar industri perhiasan emas nasional mampu lebih optimal. "Kita ekspor raw materials, granula. Kita impor perhiasan emas. Kita tidak punya industri pengelolaan emas. Jadi, kita membutuhkan industri hilir yang mengelola emas," jelas Piter.

Sebelumnya, pemerintah sedang mengkaji pembentukan Bullion Bank dalam rangka mengelola komoditas emas seiring dengan Indonesia yang memiliki tambang emas sangat besar. Bullion Bank merupakan bank yang melakukan transaksi pembelian dan penjualan logam mulia.

"Kita memiliki pertambangan yang besar dan salah satu yang sedang dikaji oleh pemerintah adalah pembentukan Bullion Bank," kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam Raker Kementerian Perdagangan 2021, di Jakarta, Kamis (4/3).

Airlangga menyebutkan kinerja ekspor emas dan granula meningkat hingga 5.280 juta dollar AS. Karena itu, dia optimistis pembentukan Bullion Bank dapat memberikan banyak manfaat, meliputi penghematan devisa bagi pemerintah, industri mendapatkan sumber pembiayaan proyek, diversifikasi produk bagi bank, serta masyarakat akan mendapatkan return dari simpanannya.

Sementara itu, Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, memastikan akan meneruskan kajian mengenai pembentukan Bullion Bank dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti mengenai efektivitasnya untuk mengontrol pasar emas.

"Terima kasih, mudah-mudahan arahan Pak Menko berguna bagi kita semua dan akan kami camkan. Saya hitung ada beberapa hal penting untuk bisa kami laksanakan," tegasnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top