Senin, 02 Des 2024, 10:57 WIB

BRIN Tingkatkan Riset Arkeologi dan Pelestarian Artefak di Indonesia

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko saat memberikan paparan di Gedung Auditorium Unej, Senin (18/11/2024). (

Foto: ANTARA/HO-Humas Unej

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkuat perannya dalam pengembangan riset arkeologi di Indonesia, melalui fokus riset ilmiah, pengumpulan data, serta pengelolaan artefak-artefak arkeologi yang ditemukan melalui proses ekskavasi.  

"Riset itu dimulai pasti dari data. Itu sebabnya kami memiliki program penguatan data, yang mencakup koleksi ilmiah arkeologi seperti benda-benda dan catatan terkait, termasuk aktivitas eskavasi," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko melalui gelar wicara koleksi ilmiah yang dipantau secara daring di Jakarta, Senin (2/12).  

Handoko menekankan pihaknya bekerja sama dengan lembaga-lembaga terkait, seperti Kementerian Kebudayaan, untuk memastikan keberlanjutan pelestarian kebudayaan.   

Dalam hal riset arkeologi dan pelestarian artefak, ia menjelaskan tugas BRIN lebih terfokus pada aspek riset arkeologi dan pengumpulan data ilmiah.

"Urusan terkait dengan pelestarian kebudayaan itu tetap ada di Kementerian Kebudayaan. Kami akan dan harus lebih fokus pada risetnya," ujarnya.  

Laksana juga mengungkapkan bahwa salah satu prioritas BRIN adalah menyelesaikan riset di situs arkeologi yang sudah ada.

"Kami ingin memastikan bahwa setiap pusat-pusat potensi (situs arkeologi) itu memang harus selesai di ekskavasi, meskipun mungkin tidak bisa selesai 100 persen," tambahnya.

Selain itu, kata Handoko, BRIN juga telah mengembangkan infrastruktur pendukung untuk riset arkeologi, seperti fasilitas untuk pengujian umur artefak melalui carbon dating dan teknologi non-destructive testing (NDT), yang memungkinkan penelitian tanpa merusak artefak tersebut.

"Sehingga, kita bisa melihat bagian dalamnya tanpa harus merusak spesimen koleksi ilmiah arkeologi itu," jelasnya.

Handoko menyebut jika artefak-artefak tersebut telah selesai diteliti, maka kemudian berbagai artefak tersebut akan dikembalikan ke daerah masing-masing untuk dapat menjadi cagar budaya, melalui kerja sama dengan Kementerian Kebudayaan.

Handoko menilai langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk mendalami dan menjaga warisan budaya Indonesia agar tetap relevan dan terjaga, sekaligus menjadikan riset arkeologi sebagai landasan penting untuk pengembangan pengetahuan tentang sejarah bangsa.

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan: