BRIN: Diversifikasi Pangan Solusi Atasi Tantangan Ketahanan Pangan
Foto: AntaraJakarta - Peneliti dari Pusat Riset Agroindustri, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sri Widowati menyebutkan diversifikasi pangan lokal menjadi salah satu solusi mengatasi tantangan bidang ketahanan pangan.
Sri dalam keterangannya di Jakarta Rabu menilai, diversifikasi pangan adalah langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis bahan pangan dan memanfaatkan kekayaan pangan lokal Indonesia.
“Diversifikasi pangan lokal bertujuan untuk meningkatkan gizi masyarakat, mengurangi ketergantungan pada beras, dan mendukung ketahanan pangan nasional dengan cara memanfaatkan potensi lokal. Ini juga dapat menjadi solusi untuk masalah stunting, diabetes, dan hipertensi,” katanya.
Sri menyebutkan, diversifikasi pangan memiliki dua pendekatan, antara lain diversifikasi horizontal, yaitu mengalihkan pola konsumsi dari satu sumber karbohidrat utama seperti beras ke bahan pangan lain, seperti jagung, ubi kayu, sorghum, dan talas.
Kemudian diversifikasi vertikal, dengan mengembangkan produk olahan dari satu bahan pangan, seperti tepung kasava dari ubi kayu, yang dapat diolah menjadi mi, pasta, atau roti.
“Meski pola konsumsi masyarakat Indonesia menunjukkan perbaikan, konsumsi umbi-umbian dan kacang-kacangan masih rendah. Padahal, Indonesia memiliki 77 jenis sumber karbohidrat, 75 jenis protein, serta beragam buah dan sayuran,” tuturnya.
Lebih lanjut Sri menjelaskan, pangan lokal Indonesia memiliki potensi besar sebagai pangan fungsional, seperti umbi-umbian misalnya, kaya akan serat, pati resisten, dan antioksidan, dengan indeks glikemik rendah. Lalu ada kacang-kacangan seperti kedelai dan kacang koro sebagai sumber protein nabati yang baik.
“Pangan fungsional ini tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan, tetapi juga dapat membantu mencegah penyakit degeneratif, dan meningkatkan daya tahan tubuh,” tambahnya.
Menurutnya, meski memiliki potensi besar, diversifikasi pangan lokal menghadapi sejumlah kendala seperti ketergantungan masyarakat pada beras, kurangnya promosi produk berbasis lokal. Selanjutnya, tantangan produksi misalnya konsistensi mutu bahan baku, dan dampak perubahan iklim.
“Namun, peluang tetap terbuka contohnya tepung kasava, dapat menjadi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada tepung terigu. Pemanfaatan pekarangan rumah melalui konsep Rumah Pangan Lestari -RPL- juga menjadi solusi inovatif untuk meningkatkan produksi pangan keluarga,” terangnya.
Dia menyebutkan, dengan teknologi seperti vertikultur dan vertiminaponik, masyarakat bisa memanfaatkan lahan sempit untuk budidaya sayuran dan ikan. Hal ini untuk mendukung ketahanan pangan keluarga dan ekonomi lokal.
Sri Widowati juga menyoroti pentingnya regulasi, seperti Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor: 13 Tahun 2024 tentang standar mutu produk pangan lokal. Menurutnya, diperlukan strategi seperti promosi konsumsi pangan lokal, inovasi olahan pangan lokal, serta kerja sama dengan industri pangan, UMKM, dan sebagainya.
“Program diversifikasi pangan lokal juga harus masuk dalam kebijakan nasional, seperti program makanan bergizi gratis untuk anak-anak,” katanya.
Redaktur: -
Penulis: Antara, Ones
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Kurangi Beban Pencemaran Lingkungan, Minyak Jelantah Bisa Disulap Jadi Energi Alternatif
- 2 Keren Terobosan Ini, Sosialisasi Bahaya Judi “Online” lewat Festival Film Pendek
- 3 Laga Krusial PSG Kontra Manchester City
- 4 Pertamina JBT Jamin Pasokan BBM Aman di Tengah Bencana Alam di Jawa Tengah
- 5 Terus Dikebut Pembangunannya, Pembiayaan IKN Skema KPBU Capai Rp60,93 Triliun