BPBD DIY Minta Masyarakat Waspadai Banjir Lahar Hujan dari Gunung Merapi
Warga menyaksikan banjir lahar dingin aliran sungai Opak yang melewati jalan penghubung desa Wedomartani dan Nangsren, Klaten, Wedomartani, Argomulyo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, 28 Februari 2011.
Foto: ANTARA/ Wahyu Putro AYOGYAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta masyarakat mewaspadai potensi bencana banjir lahar hujan Gunung Merapi selama musim hujan di provinsi ini.
"Masyarakat yang tinggal atau beraktivitas berada di seputar aliran sungai berhulu Merapi yang perlu diwaspadai adalah banjir lahar hujan," kata Kepala Pelaksana BPBD DIY Noviar Rahmad di Yogyakarta, Selasa.
Menurut Noviar, curah hujan yang tinggi bisa meningkatkan volume air di puncak Gunung Merapi, sehingga berpotensi memicu banjir lahar hujan apabila bercampur dengan endapan material vulkanik.
"Meningkatnya volume air di puncak Merapi tentu saja akan menjadi potensi terjadinya banjir lahar," ujar dia.
Karena itu potensi aliran lahar hujan di sejumlah sungai berhulu Gunung Merapi seperti Sungai Gendol, Bedog, Bebeng, serta Boyong, perlu diwaspadai.
Berdasarkan laporan terakhir, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat volume material kubah barat daya Merapi masih mengalami pertumbuhan terukur sebesar 3.177.100 meter kubik, sedangkan untuk kubah tengah masih tetap sebesar 2.361.800 meter kubik.
Untuk mengantisipasi banjir lahar hujan dari puncak Merapi tersebut, menurut Noviar, BPBD DIY memastikan seluruh perangkat Early Warning System (EWS) atau alat peringatan dini otomatis di sejumlah sungai dalam kondisi aktif.
Pihaknya juga telah membentuk dan menyebar Satuan Tugas (Satgas) Siaga Bencana Hidrometeorologi yang siap melakukan penanganan darurat kala terjadi banjir di sejumlah wilayah.
Selain banjir lahar hujan, Noviar mengimbau masyarakat mewaspadai dampak cuaca ekstrem lainnya seperti tanah longsor yang dapat terjadi di sejumlah kawasan tebing di DIY.
"Potensi bencana longsor itu ada di kawasan Kabupaten Kulon Progo, sebagian di Bantul, dan juga Gunungkidul," ujar dia.
Sebelumnya Pemda DIY telah memperpanjang Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi, meliputi bencana banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem, dengan mengacu peringatan dini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga 2 Januari 2025.
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas mengemukakan puncak musim hujan di DIY diprediksi terjadi pada Desember 2024 dan Februari 2025.
Sementara untuk akhir musim hujan diprediksi pada Mei dasarian I hingga dasarian II tahun 2025.
Saat tiba puncak musim hujan, Reni mengimbau masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah rawan banjir, tanah longsor dan angin kencang agar melakukan mitigasi mandiri sejak dini.
Berita Trending
- 1 Hati Hati, Banyak Pengguna yang Sebarkan Konten Berbahaya di Medsos
- 2 Buruan, Wajib Pajak Mulai Bisa Login ke Coretax DJP
- 3 Ayo Terbitkan Perppu untuk Anulir PPN 12 Persen Akan Tunjukkan Keberpihakan Presiden ke Rakyat
- 4 Cegah Pencurian, Polres Jakbar Masih Tampung Kendaraan Bagi Warga yang Pulang Kampung
- 5 Tanda-tanda Alam Apa Sampai Harimau Sumatera Muncul di Pasaman dengan Perilaku Unik