Birokrat Harus Lepas dari Kebergantungan pada Produk Impor
Bagong Suyanto Guru Besar Sosiologi Ekonomi dari Universitas Airlangga - Saya kira ini kesempatan baik pemerintah untuk mulai sungguh-sungguh lepas dari kebergantungan impor. Semoga saja bukan hanya hangat di awal.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Pusat Studi Islam dan Demokrasi (PSID) Jakarta, Nazar el Mahfudzi, menyambut positif permintaan Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan impor mobil dinas bagi para menteri dan pejabat eselon 1 sebagai langkah awal menuju kemandirian ekonomi.
"Langkah ini merupakan awal yang baik untuk mendorong penggunaan produk dalam negeri secara lebih luas di pemerintahan," ujarnya. Nazar menekankan bahwa kebijakan itu bukan hanya soal penghematan anggaran negara, tetapi juga menciptakan efek domino yang dapat meningkatkan daya saing industri otomotif lokal.
Menurutnya, jika seluruh jajaran pemerintahan hingga BUMN menggunakan mobil buatan dalam negeri, ini akan membuka peluang bagi pengembangan teknologi lokal, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas produk otomotif nasional. Ini juga menjadi momentum strategis bagi Indonesia untuk mendorong investasi di sektor industri yang masih tertinggal dan menekan defisit perdagangan. Selain itu, Nazar berharap kebijakan tersebut tidak berhenti pada sektor otomotif saja.
"Pemerintah harus konsisten dalam mengurangi ketergantungan pada barang-barang impor di berbagai sektor," tambahnya. Dengan penggunaan produk dalam negeri di berbagai lini, pemerintah sudah menunjukkan dukungan nyata terhadap perekonomian nasional. Kebijakan ini, menurut Nazar, perlu dibarengi dengan pengawasan ketat serta insentif bagi produsen dalam negeri agar mampu menyediakan produk berkualitas yang memenuhi kebutuhan pemerintah.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Atma Jaya, YB Suhartoko, mengatakan memang kalau bicara industri otomotif, Indonesia belum bisa memproduksi dengan menggunakan merek sendiri. Persoalannya, menurut Suhartoko, adalah bagaimana mobil yang dirakit di dalam negeri mempunyai tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang tinggi. "Penggunaan mobil dengan TKDN yang tinggi diharapkan dapat menjadi pemicu dan contoh penerapan penggunaan barang barang lain," kata Suhartoko.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya