Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Moneter I Terlalu Dini Menyimpulkan the Fed Selesai Menaikkan Suku Bunga

BI Diminta Antisipasi Sinyal Kenaikan Suku Bunga Global

Foto : Sumber: Federal Reserve - AFP
A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK - Presiden Federal Reserve New York, John Williams, pada Selasa (9/5), di Washington, mengatakan terlalu dini untuk menyimpulkan kalau bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve sudah selesai menaikkan suku bunga, dengan alasan kalau diperlukan lebih banyak tindakan maka pembuat kebijakan tidak akan menahan diri.

"Kami belum mengatakan sudah selesai menaikkan suku bunga, dan pejabat Fed belum memutuskan apa yang akan terjadi dengan kemungkinan kenaikan biaya pinjaman jangka pendek," kata Williams pada pertemuan Economic Club of New York.

"Kami telah membuat kemajuan luar biasa dalam mengambil tindakan untuk menurunkan tingkat inflasi yang terlalu tinggi, tetapi jika pengetatan kebijakan tambahan sesuai, kami akan melakukannya," katanya.

Pernyataan Williams tentang prospek suku bunga menandai komentar publik pertamanya sejak Fed pekan lalu menaikkan suku bunga acuan seperempat persentase poin ke kisaran 5,00-5,25 persen.

Bank sentral juga memberi isyarat bahwa setelah lebih dari satu tahun kenaikan suku bunga yang agresif, hal itu dapat dilakukan atau mendekati itu.

Banyak peserta di pasar keuangan menganggap Fed akan menahan diri dari menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan 13-14 Juni, sedangkan para investor menilai kemungkinan kuat bank sentral AS akan memangkas suku bunga tahun ini.

"Saya memperkirakan kebutuhan untuk mempertahankan sikap kebijakan yang restriktif selama beberapa waktu untuk memastikan kami benar-benar menurunkan inflasi dari 4,0 persen menjadi 2,0 persen. Saya tidak melihat dalam perkiraan dasar saya ada alasan untuk memangkas suku bunga tahun ini," kata Williams.

Sebagai kepala Fed New York, Williams juga menjabat sebagai wakil ketua Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan suku bunga bank sentral, dan dia adalah suara kunci dalam kebijakan moneter dan prospek ekonomi.

Dia juga tetap yakin the Fed dapat mencapai tujuannya. "Seperti biasa, saya akan memantau totalitas data dan apa implikasinya untuk pencapaian tujuan kami," katanya.

Namun untuk saat ini, dia mengatakan tekanan harga masih terlalu tinggi, dan Fed tetap berkomitmen untuk membawa inflasi kembali ke target 2,0 persen, meskipun telah melihat beberapa tanda pendinginan bertahap pada permintaan tenaga kerja, serta untuk beberapa barang dan komoditas. Bahkan, permintaan secara keseluruhan terus melebihi pasokan.

"Capital Outflow"

Menanggapi pernyataan itu, pakar ekonomi dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B Suhartoko, mengatakan the Fed saat ini berada pada posisi dilematis. Di satu sisi secara agresif menaikkan suku acuan Fed Fund Rate (FFR) untuk mengendalikan inflasi, namun di sisi lain kenaikan itu berdampak negatif terhadap pemulihan sektor keuangan karena mahalnya dana talangan untuk menyelamatkan bank-bank bermasalah.

Sebab itu, dia memperkirakan kenaikan suku bunga FFR dalam waktu dekat tidak terlalu besar, maksimal 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen. Namun, sepanjang tahun ini diperkirakan akan naik dua sampai tiga kali. Hal itu mengacu target inflasi AS sebesar 2 persen, sedangkan sampai dengan awal Mei, inflasi di AS masih di sekitar 5 persen. "Reaksi BI diperkirakan menunggu berapa besar kenaikan suku bunga the Fed dan frekuensi perubahan suku bunganya," kata Suhartoko.

Jika kenaikan suku bunga the Fed naik sekitar 50 basis poin atau 0,5 persen, kemungkinan BI merespons dengan menaikkan suku bunga acuan jangka pendek akan lebih besar. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kenaikan bunga FFR berdampak terhadap capital outflow atau pelarian modal keluar dari portofolio cukup signifikan.

Diminta pada kesempatan berbeda, pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Aloysius Gunadi Brata, mengatakan sinyal dari pejabat the Fed itu harus diantisipasi implikasi bagi Indonesia. Apalagi, Bank Sentral Eropa (ECB) pun telah menyusul langkah the Fed, walaupun tidak agresif. Implikasi yang perlu diantisipasi adalah suplai kredit global akan berkurang, sehingga cost of fund naik dan itu bisa terjadi di Indonesia, jika Bank Indonesia akhirnya memutuskan menaikkan suku bunga.

"Otoritas moneter harus menggunakan kalkulasi yang cermat dalam melakukan penyesuaian suku bunga, baik ketepatan waktu maupun besaran kenaikan suku bunga.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top