Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 28 Agu 2023, 00:25 WIB

BI dalam Tekanan untuk Menaikkan Suku Bunga

Foto: Sumber: Federal Reserve – Litbang KJ/and - KJ/ONES

JAKARTA - Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Jerome Powell, memberi isyarat bahwa Federal Reserve perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk memastikan inflasi terkendali.

Pernyataan Powel tersebut langsung disambar oleh pelaku pasar keuangan dengan mengoleksi portofolio berdenominasi dollar AS, sehingga mata uang paling berpengaruh di dunia itu menguat atau terapresiasi terhadap mata uang utama dunia lainnya pada akhir perdagangan pekan lalu atau (Sabtu pagi WIB).

Indeks dollar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,09 persen menjadi 104,0776 setelah pernyataan Powell tersebut. "Meskipun inflasi telah turun dari puncaknya, inflasi masih terlalu tinggi," kata Powell pada Jumat (25/8) dalam simposium ekonomi tahunan di Jackson Hole, Wyoming.

"Kami siap untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut jika diperlukan, dan bermaksud untuk mempertahankan kebijakan pada tingkat yang ketat sampai kami yakin bahwa inflasi bergerak turun secara berkelanjutan menuju target kami," tegas Powell.

Para ahli mempunyai interpretasi tersendiri terhadap pidato Powell. Pada Juni, Federal Reserve untuk sementara menghentikan perjuangannya melawan inflasi karena kekhawatiran atas dampak tekanan perbankan terhadap pemberian pinjaman. Ada kemungkinan bahwa bank sentral akan memilih untuk berhenti sejenak lagi pada September, karena menunggu data tambahan di tengah ketidakpastian.

"Kami berpendapat bahwa the Fed lebih cenderung mengambil pendekatan menunggu dan melihat (wait and see) dengan data dan mencoba memahami lebih banyak tentang mengapa pasar tenaga kerja tetap kuat, terlepas dari pengalaman inflasi yang kami alami dan suku bunga yang lebih tinggi dalam perekonomian," kata Sinead Colton Grant, kepala solusi investor BNY Mellon.

Setelah pidato Powell, saham-saham terpantau turun-naik sebelum bergerak lebih kuat ke wilayah positif. Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor dua tahun naik 3,8 basis poin (bps) menjadi 5,054 persen, sementara imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun sedikit berubah pada 4,239 persen.

Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,0808 per dollar AS dari 1,0809 per dollar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2596 per dollar AS dari 1,2607 per dollar AS.

Dollar AS juga menguat terhadap yen, tepatnya pada level 146,3690 per yen Jepang atau lebih tinggi dari posisi 145,8610 per yen Jepang pada sesi sebelumnya.

Pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y Sri Susilo, mengatakan pidato Powell memberi tekanan ke Bank Indonesia (BI) untuk agresif di pasar uang, termasuk mengkaji untuk menentukan tingkat suku bunga acuan BI7days Reverse Repo Rate.

Pidato Powell tersebut menunjukkan belum terlalu banyak perubahan di sisi pasokan sehingga pengendalian inflasi masih terus menekan kebijakan moneter.

"Ini menjadi tekanan BI untuk menjaga rupiah karena dalam sepekan terakhir rupiah juga sudah tertekan. BI dipaksa untuk lebih agresif melakukan intervensi. Untuk suku bunga acuan, saya kira setelah menahan cukup lama, dengan sinyal dari Amerika itu, maka BI akan menaikkan suku bunga acuan," papar Susilo.

Otoritas moneter, kata Susilo, harus benar-benar mencermati dan mengendalikan nilai tukar (kurs) rupiah karena impor Indonesia cukup tinggi, baik di sektor migas maupuan nonmigas. Dia juga mengimbau bank-bank di Indonesia agar lebih cepat merespons situasi.

"PR-nya juga adalah tetap menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah banyaknya tekanan," paparnya.

Pelemahan Rupiah

Secara terpisah, pengamat ekonomi dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, mengatakan salah satu instrumen pengendali inflasi adalah menaikkan tingkat suku bunga untuk menyerap jumlah uang yang beredar di pasar.

"Kenaikan tingkat suku bunga di AS perlu diwaspadai karena akan mendorong investor berbondong-bondong menempatkan portofolionya dalam dollar AS, sehingga mata uangnya (dollar AS) semakin menguat," kata Esther.

"Ini akan berimbas pada pelemahan rupiah terhadap dollar AS. Oleh karena itu, perlu strategi untuk membuat investor tetap menyimpan dananya di Indonesia," katanya.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menaikkan tingkat suku bunga, kemudian menciptakan iklim bisnis yang menarik bagi investor dan yang tidak kalah penting menjamin kepastian hukum untuk investasi.

Redaktur: Vitto Budi

Penulis: Eko S, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.