![Berburu Sunset di sang Ratu](https://koran-jakarta.com/images/article/php_q3a18_resized.jpg)
Berburu "Sunset" di sang Ratu
![Berburu Sunset di sang Ratu](https://koran-jakarta.com/images/article/php_q3a18_resized.jpg)
"Belum beruntung. Padahal jauh-jauh ke sini," ujar seorang wisatawan asal Semarang, Yanti (22). Mahasiswa perguruan tinggi swasta itu datang bersama tiga rekannya. "Saya telah melihat keindahan sunset di Boko dari teman. Sayang, pas ke sini malah mendung," katanya.
Gerbang bekas kerajaan Boko memang bisa menjadi lokasi favorit menyambut sinar matahari menerpa pada sore hari. Namun begitu ada banyak spot lain seperti di lapangan atau justru di belakang gerbang dengan background tanah lapang.
Dari sejarahnya, menurut Agus, Boko dibangun di era Kerajaan Mataram Kuno abad ke-8. Keraton Boko sudah digunakan dinasti Syailendra (Rakai Panangkaran), jauh sebelum zaman raja Samaratungga (pendiri Candi Borobudur) atau Rakai Pikatan (Pendiri Candi Prambanan). Dari area perbukitan seluas 161 meter persegi itu masyarakat dapat melihat Candi Prambanan, Gunung Merapi, dan Kota Yogyakarta tanpa penghalang.
Peninggalan arkeologinya berupa banyak bekas bangunan. Di antaranya, gerbang utama, candi pembakaran, sumur suci, paseban, pendopo, kolam, dan keputren. Menurut Agus, air sumur kecil sering diambil untuk upacara keagamaan (Hindu) diarak berjalan kaki ke Candi Prambanan berjarak sekitar tiga kilometer. "Airnya tidak pernah surut," ujar Agus.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Komentar
()Muat lainnya