Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Berbahaya, Mendengkur Bukan Cuma Pertanda Anak Tidur Nyenyak

Foto : Smile For Kids

Ilustrasi anak tidur mendengkur.

A   A   A   Pengaturan Font

Sebagian orang tua mungkin berpikir kebiasaan mendengkur pada anak merupakan tanda bahwa sang anak tidur dengan nyenyak usai menjalani hari yang melelahkan. Sayangnya, mendengkur tak selalu terjadi karena kelelahan semata.

Kebiasaan mendengkur bisa menjadi pertanda anak Anda menderita obstructive sleep apnea atau apnea tidur yang obstruktif, yakni salah satu gangguan tidur yang paling umum di mana seseorang tiba-tiba berhenti bernapas saat tidur dan ini merupakan salah satu penyebab paling umum dari tidur yang buruk.

Melansir studi Multinight Prevalence, Variability, and Diagnostic Misclassification of Obstructive Sleep Apnea, yang dipublikasikan di situs resmi National Library of Medicine AS, apnea tidur yang obstruktif terjadi ketika otot di bagian belakang tenggorokan rileks dan menghalangi jalan napas saat seseorang tidur yang pada akhirnya menyebabkan seseorang berhenti bernapas.

Kondisi tersebut dapat berlangsung selama lebih dari 10 detik dan terjadi berkali-kali dalam semalam, menyebabkan seseorang terengah-engah, mendengkur, dan terbangun tiba-tiba saat tubuh tengah berjuang mendapatkan udara.

Pada orang dewasa, apnea tidur yang obstruktif berdampak pada sejumlah penyakit seperti hipertensi, penyakit jantung, gagal jantung, irama jantung abnormal, dan stroke.

Sementara pada anak-anak, Daniel Goh, konsultan senior dari Divisi Kedokteran Paru Anak dan Tidur dari National University Children's Medical Institute, Singapura, menjelaskan apnea tidur yang obstruktif dikaitkan dengan gangguan perkembangan otak, kinerja akademik yang buruk, metabolisme yang berubah, dan masalah perilaku.

"Komplikasi kardiovaskular dan neurokognitif. Tidur yang buruk juga dapat mengganggu metabolisme glukosa dan meningkatkan risiko diabetes," ujar Goh, seperti dikutip dari CNA Lifestyle.

Penyebab apnea tidur yang obstruktif pun berbeda pada dewasa dan anak-anak yang mengalaminya. Goh menuturkan, pada orang dewasa, apnea tidur yang obstruktif seringkali disebabkan karena obesitas. Sedangkan pada anak-anak, penyebab paling umum yang mendasarinya adalah pembesaran kelenjar gondok dan amandel.

Goh menjelaskan kebiasaan mendengkur mengacu pada mendengkur yang terjadi tiga malam atau lebih dalam seminggu secara konsisten dan bukan mereka yang sesekali mendengkur saat lelah atau mengalami infeksi saluran pernapasan atas.

Biasanya, dengkuran berkorelasi dengan anak-anak berusia tiga hingga delapan tahun ketika amandel dan kelenjar gondok anak biasanya mencapai puncaknya dan mengecil setelah itu.

Kebiasan mendengkur karena apnea tidur yang obstruktif ini berbeda dengan pernapasan yang berisik, terutama pada bayi baru lahir.

"Pada anak kecil, saluran udara bagian atas - termasuk saluran hidung - relatif kecil dan mudah tersumbat. Peradangan apa pun dari infeksi atau kelainan struktural dapat menyebabkan obstruksi parsial dan suara bising yang dianggap mendengkur," ujar Goh.

Faktor gender juga berpengaruh pada hal ini. Menurut sebuah penelitian tahun 2013 terhadap lebih dari 23.000 anak dari 14 negara di Asia Pasifik, anak laki-laki cenderung memiliki kebiasaan mendengkur lebih banyak daripada anak perempuan karena kaliber saluran udara yang dimiliki anak laki-laki sebelum pubertas berukuran lebih kecil.

Anak laki-laki juga disebut Goh memiliki periode menyusui yang lebih pendek. Pasalnya, bayi yang disusui memiliki lebih sedikit infeksi dan lebih kecil kemungkinannya menderita sumbatan hidung akibat infeksi tersebut.

"Diketahui bahwa menyusui mengurangi kejadian infeksi saluran pernapasan pada anak muda," katanya.

Adapun menurut situs web Sleep Foundation seperti yang dikutip CNA, berikut ini sejumlah pertanda yang bisa mengarah kepada apnea tidur yang obstruktif:

  • Mendengkur tiga malam per minggu atau lebih
  • Terengah-engah atau kesulitan bernapas saat tidur
  • Mengompol
  • Kulit kebiruan
  • Sakit kepala di pagi hari
  • Kantuk di siang hari
  • Sulit berkonsentrasi atau belajar
  • Diagnosis gangguan defisit perhatian/hiperaktivitas (ADHD)
  • Pertambahan berat badan di bawah rata-rata
  • Kegemukan

Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top