Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kudeta di Myanmar I LSM dari Berbagai Negara Minta DK PBB Segera Embargo Junta

Bentrokan Terjadi di Yangon

Foto : AFP/Sai Aung Main

Gunakan Ketapel l Seorang warga mengarahkan ketapel pada warga di Kota Yangon, Myanmar, saat terjadi bentrokan antara massa penyokong junta dengan warga pendukung gerakan antikudeta pada Kamis (25/2). Dalam bentrokan itu dilaporkan 10 orang warga terluka.

A   A   A   Pengaturan Font

YANGON - Ratusan pendukung junta yang membawa pisau dan ketapel, pada Kamis (25/2) bentrok dengan warga Kota Yangon yang memukuli panci dan wajan untuk memprotes kudeta. Bentrokan ini semakin meningkatkan ketegangan setelah terjadi beberapa pekan aksi unjuk rasa secara nasional untuk menentang kudeta dan penahanan pemimpin Aung San Suu Kyi oleh militer.

Sebelum bentrokan terjadi, massa pendukung junta melakukan pawai di kota terbesar di Myanmar itu sambil membawa poster bertuliskan "Kami mendukung junta militer". Otoritas setempat membolehkan massa pendukung junta untuk berpawai menuju Sule Pagoda yang merupakan landmark kota dan berada di sebuah persimpangan utama di Yangon.

"Bentrokan terjadi pada sore hari dekat kompleks stasiun utama Yangon. Massa pendukung junta yang membawa pipa, pisau dan ketapel, bentrok dengan warga setempat yang mengusir mereka," lapor sejumlah saksi mata.

"Massa pendukung junta menggunakan ketapel dari kendaraan yang mereka tumpangi. Sekitar 10 orang mengalami cedera di kepala," ucap Aung Zin Lin, 38 tahun, yang tinggal tak jauh dari lokasi bentrokan. "Massa pendukung junta juga ada yang membawa pisau lipat dan pentungan. Warga setempat sempat melakukan perlawanan dan menahan sejumlah massa itu hingga akhirnya polisi datang," imbuh dia.

Saat pasukan keamanan datang, mereka disambut oleh para perempuan dan anak yang membuat pagar betis di depan kompleks stasiun kereta untuk mencegah aparat mencokok demonstran antikudeta. Setelah bentrokan terjadi, para petugas keamanan terlihat membawa terduga perusuh dari kelompok projunta.

"Saya tahu siapapun berhak untuk melakukan protes, namun tidak seharusnya untuk menggunakan senjata," komentar seorang warga bernama Zaw Oo yang bagian tulang rusuknya cedera setelah ia sempat dikeroyok massa projunta itu. "Mereka itu hanyalah para pengacau," imbuh dia.

Surat Terbuka

Sementara di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Kota New York, Amerika Serikat, sebanyak 137 lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari 31 negara telah meneken surat terbuka yang isinya seruan agar Dewan keamanan PBB segera menerapkan embargo senjata terhadap Myanmar pasca terjadinya kudeta.

"Dewan Keamanan PBB harus secepatnya menerapkan embargo senjata global terhadap Myanmar sebagai tanggapan atas terjadinya kudeta militer dan sebagai pencegahan agar junta tak melanjutkan kekerasan," demikian bunyi dari surat terbuka itu.

"Pemerintahan yang memiliki izin untuk menjual senjata ke Myanmar termasuk Tiongkok, India, Israel, Korea Utara, Filipina, Russia, dan Ukraina, harus segera menghentikan pasokan senjata, amunisi dan alutsista lainnya," imbuh surat terbuka itu.

Diantara negara-negara yang disebutkan itu terdapat tiga negara yang berada dalam anggota di Dewan Keamanan PBB yaitu Tiongkok dan Russia yang jadi negara anggota tetap dan India yang jadi negara anggota tak tetap pada tahun ini.

Selain embargo senjata, sejumlah LSM di kawasan Asia yang turut meneken surat terbuka untuk Myanmar itu menyatakan bahwa Dewan Keamanan PBB juga harus menerapkan sanksi, larangan perjalanan global dan pembekuan aset milik para pemimpin junta dan perusahaan konglomerasi milik militer. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top