Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Beijing Siap Bahas Laut Tiongkok Selatan dengan Negara-negara Asean

Foto : ANTARA/Desca Lidya Natalia

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, Tiongkok pada Kamis (11/1/2023).

A   A   A   Pengaturan Font

Beijing - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning mengatakan Tiongkok siap melakukan konsultasi untuk membicarakan Pedoman Tata Perilaku (Code of Conduct atau COC) Laut Tiongkok Selatan dengan negara-negara anggota Asean.

"Kami berharap negara-negara Asean akan bekerja sama dengan kami untuk mencapai target yang ditetapkan dan mempercepat konsultasi untuk penerapan COC," kata Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, Tiongkok pada Kamis.

Sebelumnya pada Selasa (9/1), Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menyatakan siap bekerja sama dengan seluruh negara anggota Asean, termasuk Filipina untuk menyelesaikan COC Laut Tiongkok Selatan secepatnya.

Filipina dan Tiongkok sudah sering terlibat perselisihan di wilayah perairan Laut Tiongkok Selatan dalam beberapa bulan terakhir, terutama di dekat pulau karang yang disebut Tiongkok sebagai "Ren'ai Jiao" sementara Filipina menyebutnya sebagai "Beting Ayungin" yaitu bagian dari Kepulauan Spratly.

"Tiongkok dan negara-negara Asean sedang berupaya untuk mengadopsi Pedoman Tata Perilaku di Laut Cina Selatan yang merupakan langkah penting dalam mengimplementasikan Deklarasi Perilaku Para Pihak (Declaration of Conduct atau DOC) di Laut Cina Selatan," papar Mao Ning.

Menurut Mao Ning, konsultasi antara pemerintah Tiongkok dengan negara-negara Asean dalam membahan COC berjalan lancar.

"Pembahasan tahap kedua telah selesai dan pembahasan tahap ketiga telah dimulai. Para pihak telah mengadopsi pedoman untuk mempercepat konsultasi mengenai COC," ungkap Mao Ning.

Namun Mao Ning juga mengingatkan bahwa permasalahan Laut Cina Selatan sangat kompleks dan menghadapi campur tangan pihak luar.

"Posisi Tiongkok mengenai masalah Laut Cina Selatan jelas dan konsisten. Kami berkomitmen untuk menangani perselisihan dengan baik melalui dialog dan konsultasi dengan negara-negara terkait, dan ingin bekerja sama dengan negara-negara Asean untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan," jelas Mao Ning.

Meskipun demikian, Tiongkok, kata Mao Ning, akan dengan tegas menjaga kedaulatan teritorial serta hak dan kepentingan maritimnya.

"Tidak ada negara yang tidak berada di kawasan yang berhak ikut campur dalam sengketa maritim antara Tiongkok dan Filipina," tegas Mao Ning.

Tiongkok mengakui kedaulatannya atas hampir seluruh wilayah di Laut Tiongkok Selatan dengan menyebutnya sebagai kawasan "Nine-Dash Line" yaitu wilayah historis militer Tiongkok yang termasuk sebagian zona ekonomi eksklusif (ZEE) Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina dan Vietnam.

Sejak 1997, negara-negara Asean dan Tiongkok menyepakati Deklarasi Perilaku Para Pihak (Declaration of Conduct atau DOC) pada 2002. Pada tahun itu pula COC mulai dirundingkan, menandai pertama kalinya Tiongkok menerima perjanjian multilateral mengenai isu tersebut.

Setelah 17 tahun berunding, Asean-Tiongkok menyepakati naskah yang akan dirundingkan dan dimulai pada 2019. Namun pada 2020-2021 terhenti akibat pandemi sehingga baru pada 2022, perundingan dimulai kembali.

Pemerintah Filipina yang merupakan sekutu dekat Amerika Serikat (AS) memberikan akses kehadiran militer AS di empat pangkalan di negara tersebut sehingga menjadikan mereka dapat berhadapan langsung dengan militer Tiongkok yang secara aktif hadir di Laut Tiongkok Selatan dan bahkan membayangi Taiwan.

Pada 2016, Mahkamah Arbitrase Internasional, atas permintaan Filipina, memberikan fatwa bahwa daratan hasil reklamasi di Laut Tiongkok Selatan tidak bisa dijadikan dasar klaim perairan. Sayangnya Tiongkok menolak mengakui fatwa itu karena menilai tidak punya dasar hukum, sementara Indonesia dan berbagai negara lain menerimanya.

Pengadilan Arbitrase Permanen pada 2016 mengatakan klaim Tiongkok itu tidak memiliki dasar hukum.

Pada November 2023, Filipina mengajukan COC baru bagi kestabilan dan perdamaian di wilayah sengketa Laut Tiongkok Selatan. Usulan Manila muncul setelah Presiden Ferdinand Marcos merasa prihatin mengenai negosiasi yang berkepanjangan antara Asean dan Tiongkok tentang COC di Laut Tiongkok Selatan.

Marcos juga mencari dukungan dari negara-negara, seperti Vietnam dan Malaysia, untuk membentuk kode etik kelautan yang akan menjaga perdamaian di Laut Tiongkok Selatan.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top