Bayi Prematur Disebut Sulit Berprestasi, Begini Kata Psikolog
Ilustrasi.
Foto: Freepik/lebsnowSelain cara pengasuhan anak yang perlu diperhatikan, mental orang tua yang baru saja melahirkan bayi prematur juga perlu menjadi perhatian khusus.
Psikolog Anak lulusan Universitas Indonesia, Irma Gustiana Andriani, menjelaskan para orang tua dalam kasus ini seringkali belum siap menghadapi kelahiran buah hati yang lebih cepat.
"Tidak hanya ayah, tetapi yang paling utama biasanya ibu. Mental seringkali belum siap menghadapi kehadiran si kecil (yang lahir prematur)," kata Irma dalam sebuah webinar kesehatan, Selasa (15/11), seperti dikutip dari Antara.
Irma menuturkan kondisi emosional para ibu usai melahirkan cenderung merasakan berbagai macam perasaan seperti sedih, terharu, lelah yang dapat dikenali sebagai baby blues.
Pada beberapa kasus, perasaan itu dapat mengarah pada kondisi yang lebih berat yakni postpartum depression atau depresi setelah melahirkan.
"Ini bentuk-bentuk emosi yang seringkali dialami seorang ibu yang melahirkan si kecil dengan kondisi prematur," kata Irma.
Terlebih, pasca melahirkan sang Ibu juga dihadapkan sejumlah tantangan seperti pemberian air susu ibu (ASI), hingga level kepercayaan diri yang rendah akibat rasa khawatir berlebihan mengenai masa depan sang buah hati.
Kondisi ini bahkan bisa diperburuk dengan banyaknya stigma di masyarakat terkait anak prematur yang diisukan tidak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, sulit berprestasi dan label-label sosial yang juga muncul serta standar media sosial tentang kesehatan anak prematur.
"Kekhawatiran juga bisa muncul dari sisi finansial, karena akses kesehatan harus lebih intens ketimbang bayi-bayi yang lahir di usia cukup bulan," ujar Irma.
Pada sisi lain, tak sedikit para ayah yang justru menyalahkan para ibu atas kelahiran prematur anaknya sehingga membuat mereka sangat rentan terkait masalah kesehatan mental.
Padahal, menurut Irma, setiap anak istimewa dan bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal dan berprestasi walaupun terlahir prematur.
Ia menuturkan banyak kasus anak prematur di kliniknya yang bisa mengejar ketertinggalan mereka dan berprestasi.
"Riset menyatakan anak lebih terstimulasi dengan musik atau irama tertentu, daya tahan kuat secara psikologis, bonding dengan orangtua sangat kuat karena saat kecil skin body contact biasanya lebih intens," demikian kata dia.
Atas dasar itu, para orang tua perlu memperkaya informasi mengenai perawatan bayi prematur di rumah usai meninggalkan rumah sakit.
Sebagai informasi, bayi prematur lahir lebih dari tiga minggu sebelum tanggal perkiraan kelahirannya atau sebelum minggu ke-37.
Berita Trending
- 1 Siswa SMK Hanyut di Air Terjun Lahat, Tim SAR Lakukan Pencarian
- 2 Diduga Ada Kecurangan, Bawaslu Sumsel Rekomendasikan Pemungutan Suara Ulang di Empat TPS
- 3 Pemerintah Jangan Malu Membatalkan Kenaikan PPN
- 4 Calon Wakil Wali Kota Armuji Sebut Warga Surabaya Cerdas Gunakan Hak Pilih
- 5 Cuaca Hari Ini, Wilayah Indonesia Umumnya Diguyur Hujan
Berita Terkini
- Serunya Shopping Race di 17 Kota, Makin Banyak Belanja Bareng BNI
- Menolong Pemulung Tanpa Identitas Diri yang Sedang Sakit Parah
- Berpengaruh di Industri Perbankan, Royke Tumilaar Raih CEO of The Year 2024
- Tips Memilih Bimbingan Belajar UTBK untuk Raih Kampus Impian
- Polisi Selidiki Kasus Bullying Siswi SMP di Kota Serang