Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Energi

Batu Bara Kian Mahal, Beban Biaya PLN Akan Melonjak

Foto : ANTARA/Aji Styawan

Tolak Batu Bara - Kapal Rainbow Warrior Greenpeace membentangkan spanduk “Coral Not Coal” saat mengikuti aksi bersama nelayan menolak berlabuhnya kapal-kapal tongkang pengangkut batu bara di Jepara, Jateng, beberapa waktu lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Beban biaya PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan melonjak menyusul kian mahalnya batu bara, yakni mencapai 110 dollar AS per ton.

Bahkan, PLN bakal kehilangan potensi laba bersih (potential lost) sekitar 17 triliun rupiah, sebab dengan harga batu bara 100 dollar AS per ton pada 2017, PLN mengalami potential lost sebanyak 16 triliun rupiah.

Pengamat ekonomi energi UGM Yogyakarta, Fahmy Radhi, mengatakan kecenderungan harga batu bara terus meningkat tak dapat dipungkiri sehingga PLN harus segera mengantisipasinya secara komprehensif.

"Walaupun sudah ada penetapan domestic market obligation (DMO) harga batu bara sebesar 70 dollar AS per ton, namun belum tentu pemasok mau menjualnya dengan harga itu.

Akibatnya, sejumlah pembangkit PLN akan kesulitan batu bara dan pada akhirnya masyarakat yang dirugikan," katanya saat dihubungi, Selasa (29/5).

Seperti diketahui, harga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka ditutup menguat 1,80 persen ke 107,35 per ton pada perdagangan Senin (28/5) karena didorong oleh langkanya pasokan batu bara untuk pembangkit listrik di Tiongkok.

Harga batu bara ini melanjutkan penguatan sebesar 1,05 persen di sepanjang pekan lalu, dan saat ini sudah menyentuh level tertinggi sejak 29 Januari 2018.

Hingga rata-rata harga batu bara sepanjang Mei 2018 sudah mencapai 103,05 dollar AS per ton, naik cukup pesat dari rata-rata bulan April 2018 sebesar 93,61 dollar AS per ton.

Beberapa waktu lalu, Direktur Utama PLN, Sofyan Basir, menyebutkan dengan kenaikan harga batu bara yang terusmenerus bahkan mencapai 100 dollar AS per ton sangat berat bagi keuangan PLN. Sebab, dengan harga batu bara sebesar itu, PLN kehilangan potensi laba bersih sebanyak 16 triliun rupiah pada 2017.

"Berat sekali. Bayangkan saja, PLN pada 2017 tergerus 16 triliun rupiah gara-gara kenaikan harga batu bara," ungkap Sofyan.

Beralih ke EBT

Fahmy menambahkan sudah saatnya sekarang ini pemerintah, lebih khusus lagi PLN, untuk mengembangkan energi baru terbarukan (EBT).

"Bukan karena harga batu bara mahal, tetapi pada saatnya energi fosil, termasuk batu bara akan habis. Jadi, pengembangan EBT itu mesti segera dan prioritas," katanya.

Dihubungi terpisah, pengamat energi dari Universitas Brawijaya Malang, Suprapto, mengatakan pemerintah hendaknya sadar agar melihat kenaikan harga batu bara sebagai titik alih menuju pemanfaatan sumber EBT.

"Sudah pasti kenaikan harga batu bara berpengaruh pada PLN. Sekalipun pemerintah berupaya membantu, namun pada akhirnya akan mempengaruhi pos-pos anggaran yang lain, bahkan bisa menambah utang negara," ujarnya.

Suprapto menegaskan, hendaknya pemerintah serius menggunakan EBT. "Matahari kita sangat melimpah, dan ada di mana-mana, bisa menjadi sumber energi yang bersih dan murah," tegasnya.

Suprapto mengungkapkan, pemerintah harus lebih gencar menyosialisasikan EBT, dan masyarakat juga harus sadar akan masa depan EBT.

"Sebab TDL (tarif dasar listrik) tidak mungkin turun dan berkecenderungan selalu naik. Maka, salah satu cara berhemat adalah dengan solar cell," pungkasnya. Ant/ers/SB/AR-2

Penulis : Antara, Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top