Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ancaman Perubahan Iklim

Bank Mulai Hentikan Pembiayaan ke Energi Fosil

Foto : ISTIMEWA

AIRLANGGA HARTARTO Menko Perekonomian - Pembiayaan hijau juga berperan penting mendukung transformasi ekonomi hijau di Indonesia.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Ancaman perubahan iklim sudah di depan mata. Bencana banjir, kekeringan, dan longsor membangkitkan kesadaran dunia untuk memulai langkah nyata menyelamatkan bumi, salah satunya dengan mereduksi emisi karbon. Selain pemerintah, institusi keuangan global pun mulai menginisiasi berbagai upaya agar bisa berkontribusi dalam gerakan hijau tersebut.

Direktur Compliance, Corporate Affairs and Legal CIMB Niaga, Fransiska Oei, di Jakarta, Rabu (21/9), mengatakan institusi keuangan CIMB Group yang beroperasi di beberapa negara telah membuat kebijakan untuk mengurangi secara bertahap pembiayaan ke berbagai aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan pemanfaatan energi fosil.

"Dalam target kami, pembiayaan ke energi fosil porsinya akan dikurangi secara bertahap dan dialihkan ke ekonomi hijau," kata Fransisca dalam The Cooler Earth Sustainability Summit.

Pada tahap awal lembaga keuangan itu menargetkan pengurangan pembiayaan ke energi kotor tinggal 50 persen pada 2030 mendatang. Kemudian, pada 2040, bank menghentikan 100 persen semua pembiayaan ke industri yang berhubungan dengan batu bara.

Saat ini, pembiayaan CIMB Niaga ke ekonomi hijau sudah mencapai 25 persen dari total portofolio termasuk ke Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Untuk meningkatkan pembiayaan ke ekonomi hijau, bank memberikan insentif atau diskon bunga pada kegiatan yang berkelanjutan, baik di sektor otomotif maupun pembiayaan pembelian perangkat Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.

Pembiayaan Hijau

Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, yang jadi pembicara kunci pada kegiatan tersebut, menegaskan bahwa energi alternatif atau renewable energy kini memiliki cost competitive yang setara, sehingga dapat menjaga baseload yang diperlukan dalam pertumbuhan ekonomi.

Pembiayaan hijau juga berperan penting mendukung transformasi ekonomi hijau di Indonesia. Sebab itu, pemerintah mendorong berbagai instrumen antara lain Green Sukuk dan juga refinancing Green Sukuk dengan pengembangan pembangunan fasilitas dan infrastruktur energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya, mikrohidro, dan minihidro.

Pada kesempatan lain, Pengamat Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmi Radhi, mengatakan cuaca ektrem dan kebakaran hebat mendorong banyak negara di Eropa Barat dan Amerika membuat tuntutan masyarakat akan energi terbarukan semakin tidak terbendung. "Kalau pembayar pajak mereka sudah menekan pemerintahnya maka semua harus mengikuti. Apalagi, pasar energi kotor otomatis semakin sempit karena mulai ditolak," kata Fahmi.

Indonesia memiliki banyak potensi energi terbarukan, namun selama ini terhambat oleh mental pengusaha maupun birokrat yang hanya ingin uang mudah dari aktivitas keruk dan jual.

Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, menyatakan perubahan iklim merupakan masalah global yang harus diatasi bersama oleh semua pemangku kepentingan termasuk perbankan. "Kami mengajak para pemangku kepentingan untuk berkolaborasi, bertransformasi, dan melakukan transisi yang berkeadilan," pungkas Lani.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top