Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Arie Setya Yudha, Founder dan CEO PT Molay Satrya Indonesia

Bangun "Brand" Mesti Berilmu

Foto : koran jakarta /eko s putra
A   A   A   Pengaturan Font

Arie Setya Yudha mendirikan brand Molay, yang fokus menyediakan produk taktikal saat masih kuliah semester 3 di Jurusan Komunikasi UGM, tahun 2009. Kini, sembilan tahun kemudian, Molay tengah menuju pendapatan 121 miliar rupiah per tahun.

Pertama-tama, Arie Setya Yudha menjawab pertanyaan tentang rahasia kesuksesannya. Menurutnya, ada yang salah dengan cara kerja motivator yang mendorong sebanyak-banyaknya orang berwirausaha dengan modal nekad.

Bahwa benar, semestinya semua orang apalagi anak muda mesti mengenal wirausaha, namun tidak semua cocok menjadi wirausaha. Dan yang terpenting, menjadi wirausaha apalagi untuk sukses menjadi wirausaha, modal utamanya adalah pengetahuan.

"Jadi, salah besar kalau modal nekad kita bisa sukses. Pesaing kita di level dunia itu ditopang pengetahuan kuat, kalau kita tidak minimal setara, ya kita tidak akan pernah bisa bersaing dengan produk asing," kata Arie di outlet Molay yang berada di ring road utara Kota Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Selepas lulus dari Ilmu Komunikasi UGM, Arie melanjutkan ke Magister Manajemen UGM double degree dengan University of London. Pada Agustus nanti, dia akan menyelesaikan studinya di London selama setahun sambil mengembangkan bisnis di pasar Eropa. "Lulus dari London, saya masih ingin lanjut ke Harvard Business School. Kita mesti memiliki pengetahun terbaik agar bisa bersaing di level dunia," katanya.

Bernaung di bawah PT Molay Satrya Indonesia, Arie ingin membangun brand atau merek kuat untuk menyuplai kebutuhan perlengkapan tempur kepolisian maupun militer di seluruh dunia.

Untuk menjalankan operasi di lapangan yang melelahkan dan bertaruh nyawa, seperti operasi melawan terorisme, Arie berusaha memberi yang terbaik dengan mengutamakan kualitas bahan sesuai daerah dan musim saat penugasan, jahitan, desain, warna, dan kekuatan.

"Dibanding brand-brand ternama dunia, kita masih bisa bersaing, kok. Kualitas penjahit kita bagus. Soal teknologi bahan, kita bisa cari yang terbaik dari seluruh dunia atau membuat sendiri nanti," katanya.

Arie benar-benar berusaha memberi yang terbaik untuk pasukan tempur atau agen khusus polisi maupun militer seluruh dunia. Rompi antipeluru yang Molay ciptakan bahkan diuji langsung dengan dipakai di badan, bukan hanya ditembak tanpa ada orang yang memakainya. Dan rompinya sudah lolos uji instansi pertahanan resmi dan juga sudah dipakai oleh kepolisian Indonesia.

Untuk produk pakaian, Molay juga sangat mengutamakan bahan dan jahitan serta desain yang cocok untuk iklim maupun tipe penugasan. "Untuk penugasan kemarau di Jawa berbeda dengan militer di Jepang atau di negeri empat musim lainnya. Bahan beda, desain beda, detailnya berbeda," jelas Arie.

Brimob, pasukan khusus militer Indonesia, banyak memakai produk Molay. Biasanya untuk penugasan-penugasan seperti di Poso, Papua, maupun operasi lain di berbagai wilayah di Indonesia. Molay juga sudah beredar di pasaran luar negeri, dari Inggris, Amerika, Australia, Jepang, dan banyak negara lagi, namun belum dalam kapasitas besar, baru retail yang didapatkannya dari internet. "Untuk kapasitas ekspor besar, kita saat ini sedang penjajakan serius dengan banyak negara, seperti Malaysia, Inggris, dan Jepang," jelasnya.

Jangan Impor

Arie mengatakan, salah satu kunci penting keberhasilan Molay karena sedari awal ia membuat produk, selalu mengutamakan kualitas dan desain yang mengerti benar kebutuhan militer dan polisi di lapangan. Bahan ia cari dari seluruh dunia dan selalu meminta diuji oleh vendor lain yang memang fokus pada uji bahan.

Untuk selembar kain, Arie perlu melakukan berbagai penelitian dan memesan ke vendor pembuatan kain terbaik. Ia juga mendaftarkan HAKI untuk jenis kain dan desain buatannya. "Untuk seseorang yang mempertaruhkan nyawa demi bangsa dan negara kita harus beri yang terbaik, protect the one who serves. Dan kita sendiri yang bikin, jangan sampai impor. Kita bisa ciptakan produk bersaing, bahkan lebih baik dari produk impor," katanya.

Di Indonesia, menurut Arie, berbeda dengan negara-negara lain seperti Amerika, yang seragam harian militer pun dilelang secara terbuka kepada brand tactical. Indonesia, seragam resmi dan harian militer dan polisi, menjadi hak tunggal negara sehingga inovasinya tergantung negara.

Karena itulah, Molay tidak bisa terlibat dalam pembuatan seragam resmi militer dan polisi di Indonesia. Molay hanya merancang spesial untuk tugas lapangan, terutama pasukan-pasukan khusus atau direktorat kriminal, baik polisi seperti Brimob maupun militer seperti Kopasus. "Doakan kita sukses mendapat projek senilai 121 miliar tahun ini," katanya.

Molay kini sudah terdaftar sebagai salah satu perusahaan yang akan menanamkan investasinya di Gunung Kidul, DIY. Pabrik itulah yang akan digunakan Molay untuk memproduksi pesanan ratusan miliar yang belum bisa disebutkan siapa pemesannya itu.

eko s putra/AR-2

Arie Setya Yudha

Lahir : Yogyakarta, 31 Maret 1990

Pendidikan :

  • Sarjana Ilmu Komunikasi UGM Yogyakarta, 2015
  • Program Double Degree Kelas Internasional, UGM Yogyakarta dan Queen Mary University of London, 2017-2019

Pengalaman Kerja

  • Founder, Chief Executive Officer of PT Molay Satrya Indonesia, 2009-sekarang

Komentar

Komentar
()

Top