Kamis, 12 Des 2024, 00:00 WIB

Bangkitkan Industri Persusuan, Pemerintah Genjot Investasi Peternakan Sapi Perah

Foto: antara

JAKARTA – Industri persusuan nasional mendapat perhatian serius dari Kementerian Pertanian (Kementan) menyusul dampak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada 2022. Wabah tersebut menurunkan populasi sapi perah lebih dari 10 persen dan menekan produktivitas sebesar 30-40 persen.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementan, Agung Suganda menyampaikan sektor ini harus segera bangkit untuk memenuhi kebutuhan susu nasional yang terus meningkat. “Dampak wabah PMK bagi persusuan nasional,” ujar Agung di Jakarta, Selasa (10/12).

Saat ini, konsumsi susu Indonesia baru mencapai 16 liter per kapita per tahun. Angka itu jauh di bawah Vietnam yang sudah mencapai 26 liter. “Kami ingin susu masuk dalam menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan oleh Presiden, agar masyarakat lebih teredukasi dan gizi anak-anak Indonesia terpenuhi,” tambahnya.

Untuk mengurangi kebergantungan terhadap impor susu yang saat ini mencapai 80 persen dari kebutuhan nasional, pemerintah menargetkan penambahan populasi sapi perah sebanyak satu juta ekor dalam lima tahun ke depan hingga 2029. “Pada 2025, target kami adalah mendatangkan 200 ribu ekor sapi perah. Saat ini, sudah ada komitmen investor yang akan mendatangkan 185 ribu ekor sapi tahun 2025. Artinya, kita hanya butuh 15 ribu ekor lagi untuk mencapai target tahun depan,” jelas Agung.

Selain itu, Agung juga mendorong Industri Pengolahan Susu (IPS) untuk aktif bermitra dengan koperasi dan peternak lokal. Seluruh IPS diminta komitmennya mendukung pemerintah meningkatkan populasi sapi perah.

Saat ini, pemerintah sedang menyusun Peraturan Presiden (Perpres) tentang Percepatan Produksi Susu Nasional. Regulasi ini akan menjadi pijakan untuk memastikan penyerapan susu segar dari peternak dan menekan impor bahan baku susu.

Langkah Strategis

Langkah-langkah strategis juga dilakukan melalui pengusulan 30 lokasi menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN). “Dengan status PSN, biaya sewa lahan akan lebih murah, ditambah dengan dukungan infrastruktur dan logistik. Ini termasuk dalam RPJMN 2025-2029 yang akan memperkuat ekosistem persusuan kita,” paparnya.

Seperti diketahui, sebanyak 50 ekor sapi perah bunting jenis Frisian Holstein asal Australia tiba di Indonesia pada awal bulan ini. Hal tersebut menandai dimulainya upaya percepatan investasi di subsektor peternakan. Kehadiran sapi perah bunting ini diharapkan dapat mendukung program Makan Bergizi Gratis dan Minum Susu yang digalakkan pemerintah.

Menteri Pertanian Amran Sulaimanmenyampaikan, upaya impor sapi perah ini merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan susu nasional sekaligus mencapai swasembada susu melalui impor sapi perah dari luar negeri.

Sementara itu, Dirjen PKHAgung Suganda menegaskan kedatangan sapi perah bunting ini merupakan bagian dari rencana blueprint Kementan mendorong peran investor dalam meningkatkan populasi sapi perah di Indonesia. Rencana ini sejalan dengan target pemerintah untuk menambah 1 juta ekor sapi perah dalam lima tahun ke depan.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan: