
Bagaimana Mengurangi Kebergantungan Impor Kapal? Begini Kata Pengamat Maritim
Pengamat Maritim Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Center (IKAL SC) Dr. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa mengatakan dukungan pendanaan dari perbankan dan insentif dari pemerintah kunci utama membangun industri galangan kapal yang tangguh
Foto: istimewaJAKARTA-Komitmen pemerintah untuk mengakhiri kebergantungan impor kapal perlu diapresiasi. Niat besar Kabinet Presiden Prabowo itu perlu diseriusi melalui dukungan pendanaan dari perbankan nasional serta insentif dari pemerintah agar industri galangan kapal bisa tumbuh, berkembang dan bersaing secara global.
Demikian ditegaskan Pengamat Maritim Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Center (IKAL SC) Dr. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa ketika dimintai pendapatnya terkait bagaimana membangun industri galangan kapal yang tangguh.
"Kebijakan ini berpotensi menjadi titik balik dalam membangun kemandirian maritim yang selama ini masih tertinggal,"tegas Pria asal Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu pada Koran Jakarta, Minggu (23/2)
Diakui Marcellus Hakeng bahwa galangan kapal Indonesia sebenarnya memiliki kapasitas yang cukup besar walau belum dimanfaatkan secara maksimal. Beberapa galangan di Batam, dan daerah lainnya, telah mampu memproduksi berbagai jenis kapal, seperti kapal kargo, kapal patroli, dan kapal perikanan.
Mempertimbangkan hal itu pula, bisa saja, manakala berbicara tentang kapal super tangker dan kapal perang berteknologi tinggi, industri dalam negeri boleh jadi masih tertinggal. Lantaran masalah utama terletak pada keterbatasan infrastruktur dan teknologi manufaktur yang masih bergantung pada negara lain. "Dari itu tanpa investasi besar dan modernisasi, industri ini akan sulit memenuhi standar global,"ucapnya
Industri galangan kapal Indonesia terangnya menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Data tahun 2022 mempresentasikan adanya 363 permohonan pembangunan kapal baru di galangan kapal dalam negeri sepanjang periode Januari hingga Agustus 2022. Ini menandakan bahwa sektor perkapalan Indonesia terus berkembang pesat dan berhasil menarik kepercayaan berbagai pihak.
Dengan jumlah kapal yang terus meningkat, sektor galangan kapal Indonesia semakin mampu bersaing dengan galangan kapal asing dalam hal kapasitas dan kualitas. Kementerian Perindustrian mencatat bahwa dalam periode 2019-2021, kapal jenis Barge dan Tug mendominasi jumlah kapal yang dibangun, masing-masing sebanyak 274 unit dan 100 unit.
Angka tersebut menunjukkan betapa strategisnya industri perkapalan dalam mendukung perekonomian Indonesia, karena sektor ini merupakan industri yang padat karya, modal, serta teknologi. "Industri kapal dan jasa perbaikannya berkontribusi signifikan terhadap perekonomian, dengan total transaksi barang dan jasa mencapai 27,65 triliun rupiah pada tahun 2021, yang mencakup sektor kapal itu sendiri, perdagangan barang selain mobil, serta logam,"sebutnya
Dari itu potensi pengembangan galangan kapal Indonesia sangat besar, mengingat lebih dari 250 galangan kapal tersebar dari Sabang hingga Merauke, didukung oleh 127 industri yang memproduksi bahan baku dan komponen kapal yang sesuai dengan standar internasional.
Hadapi Tantangan
Meski demikian sambung Dr. Marcellus, industri galangan kapal Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam pengembangannya. Kendala utama yang perlu diatasi antara lain adalah pembiayaan yang belum optimal, permasalahan terkait pajak dan tanah, serta lemahnya industri baja dalam negeri.
Oleh karena itu, diperlukan strategi pengembangan yang lebih matang untuk proses produksi dan perbaikan kapal. Sehingga pembangunan galangan kapal untuk memproduksi Floating Production Unit (FPU) misalnya, memerlukan investasi sekitar 336,29 miliar rupiah, dengan estimasi waktu pengembalian modal pada tahun ke-8 bulan ke-9 dan Return on Investment (ROI) sebesar 11,75 miliar rupiah.
Nilai Internal Rate of Return (IRR) yang sebesar 11,07% lebih besar dari bunga bank yang ditetapkan sebesar 10,25%, sehingga proyek ini dinilai layak dilakukan. Hal ini menegaskan bahwa dengan investasi yang tepat dan strategi pengembangan yang kuat, industri galangan kapal Indonesia memiliki potensi untuk berkembang dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
Dukungan Perbankan
Dr. Marcellus berujar, pendanaan merupakan salah satu tantangan utama bagi industri galangan kapal nasional. Biaya pembangunan kapal yang tinggi, ditambah dengan suku bunga pinjaman perbankan yang relatif besar, sering kali menjadi hambatan bagi pengusaha dalam negeri untuk mengembangkan usahanya.
Tanpa akses pendanaan yang memadai, banyak galangan kapal kesulitan meningkatkan kapasitas produksi dan mengadopsi teknologi modern, yang pada akhirnya menghambat daya saing industri maritim Indonesia. Maka dukungan dari bank dan pemerintah menjadi faktor kunci dalam mengatasi masalah pendanaan ini.
Bank nasional harus menawarkan skema pembiayaan yang lebih fleksibel dan terjangkau bagi industri galangan kapal, terutama dalam hal tenor pinjaman dan suku bunga yang lebih kompetitif. Dewasa ini banyak pelaku industri harus mencari pendanaan dari luar negeri karena, keterbatasan dukungan perbankan dalam negeri. "Jika perbankan nasional dapat berperan lebih aktif, industri galangan kapal dalam negeri akan lebih mampu berkembang dan bersaing di pasar global,"ucapnya
Pemerintah juga harus berperan lebih besar dalam memberikan insentif bagi industri galangan kapal. Kebijakan seperti subsidi bunga pinjaman, skema pembiayaan khusus, serta insentif pajak dapat membantu mengurangi beban biaya yang harus ditanggung oleh pelaku industri. Pemerintah dapat memperkuat regulasi yang mewajibkan penggunaan kapal buatan dalam negeri dalam proyek-proyek maritim nasional, sehingga permintaan terhadap kapal produksi lokal meningkat dan industri galangan kapal semakin berkembang.
Dukungan pendanaan yang kuat juga akan memperkuat posisi Indonesia di pasar regional dan global. Negara-negara seperti Tiongkok dan Korea Selatan, telah lama menerapkan kebijakan pembiayaan yang mendukung industri perkapalan mereka, termasuk pemberian subsidi dan dukungan perbankan yang agresif.
Jika Indonesia ingin bersaing di tingkat internasional menurut Marcellus, langkah serupa perlu diterapkan untuk memastikan bahwa industri galangan kapal nasional memiliki daya saing yang setara dengan negara-negara lain. Oleh karenanya dengan kebijakan pendanaan yang tepat, industri galangan kapal Indonesia memiliki peluang besar untuk berkembang dan menjadi pemain utama di Asia Tenggara.
Sinergi antara bank dan pemerintah dalam menyediakan skema pendanaan yang terjangkau akan mendorong inovasi, meningkatkan kapasitas produksi, dan memperkuat industri maritim nasional. "Jika tantangan ini dapat diatasi, Indonesia dapat menjadi pusat industri galangan kapal yang kompetitif, tidak hanya di ASEAN, tetapi juga di tingkat global,"pungkasnya.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Ditlantas Polda Babel awasi pergerakan kendaraan lintas kabupaten
- 2 Jangan Beri Ampun Pelaku Penyimpangan Impor. Itu Merugikan Negara. Harus Ditindak!
- 3 Aksi Bersih Pantai Menteri LH dan Panglima TNI di Pangandaran, Peringati Hari Peduli Sampah
- 4 Andreeva Kejutkan Iga Swiatek dan Lolos ke Semifinal Dubai Open
- 5 Bima Arya Tegaskan Retret Kepala Daerah Tingkatkan Kapasitas Kepemimpinan