Badiul Fitra: Kombinasi Krisis Membuat Ekonomi Melambat
Pengamat kebijakan publik Fitra, Badiul Hadi mengatakan, tekanan ekonomi saat ini tak lepas dari kombinasi krisis karena pandemi, geopolitik global yang tak berkesudahan dan fragmentasi perdagangan global, ditambah buruknya penanganan masalah domestik
Foto: istimewaJAKARTA-Bayang bayang terjadinya perlambatan ekonomi tahun depan kian nyata. Pengamat kebijakan publik Fitra (Forum Indonesia untuk Transparan), Badiul Hadi mengatakan, kondisi ekonomi saat ini memang tidak lepas dari kombinasi krisis karena pandemi, geopolitik global yang tidak berkesudahan dan fragmentasi perdagangan global.
"Hal ini berdampak pada ketidakpastian dan hambatan pada rantai pasok lintas negaranya,"ucap Badiul, Jumat (13/12) mengomentari pernyataan terbaru petinggi IMF.
Tingginya inflasi beberapa tahun terakhir ujar Badiul tidak lepas dari kegagalan kebijakan moneter dalam menyeimbangkan inflasi dan pertumbuhan. Di sisi lain, subsidi besar besaran dan dan stimulus ekonomi menyebabkan pembengkakan utang pemerintah di banyak negara.
- Baca Juga: Masyarakat RI Perlu Solusi Keuangan Lebih Fleksibel
- Baca Juga: Berangkatkan UMKM Training ke Jepang
Bagi negara negara berkembang, dampaknya saat ini adalah jatuh tempo pembayaran utang. "Situasi ini diperparah oleh rendahnya produktivitas global, dan rendahnya investasinya di pendidikan dan ketenagakerjaan,"papar Badiul.
Solusi yang bisa ditawarkan adalah memperkuat kerja sama negara negara diglobal mengurangi fragmentasi perdagangan, misalnya mereformasi
World Trade Organization (WTO/organisasi dagang dunia) agar lebih relevan dengan kondisi sekarang. "Perlunya membangun dialog untuk mengakhiri konflik geopolitik untuk menciptakan stabilitas ekonomi global,"ungkap Badiul.
Kemudian, perlu mereformasi kebijakan fiskal dan moneter, kebijakan perpajakan yang progresif untuk mengurangi ketergantungan pada utang.
Hal lainnya pemerintah harus fokus pada ekonomi berkelanjutan, transisi energi bersih untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan menawarkan insentif bagi investasi dalam sektor hijau.
Diketahui, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional atau IMF Kristalina Georgieva memberikan peringatan, kondisi ekonomi global akan mengalami pertumbuhan yang rendah pada tahun depan. Pemicunya ialah beban ekonomi yang ditanggung negara-negara didunia saat menangani masa krisis Pandemi Covid-19, hingga konflik atau peperangan di berbagai belahan dunia yang tak kunjung berakhir.
Kondisi tersebut mengakibatkan tekanan inflasi beberapa tahun terakhir tinggi, fragmentasi perdagangan global, hingga besarnya risiko resesi. "Masalah utama yang dihadapi ekonomi global pada 2025 adalah pertumbuhan yang rendah," ucap Kristalina dikutip dari akun instagramnya, Rabu (11/12)
Ia mengakui, berbagai negara dunia sudah menghabiskan beberapa tahun terakhir untuk menangani masalah tersebut, dan terbukti berhasil membuat ekonomi global menunjukkan ketahanan yang tinggi saat ini. Namun, efek dari penanganan berbagai masalah itu, ia tekankan beban utang global saat ini terus meningkat saat melambatnya pertumbuhan ekonomi. Diperburuk dengan tren semakin rendahnya produktivitas dunia.
IMF juga memperkirakan pertumbuhan global menjadi 3,2 persen pada 2025, lebih rendah sepersepuluh poin dari perkiraan pada bulan Juli. Sementara pertumbuhan jangka menengah diperkirakan akan merosot menjadi 3,1 persen dalam lima tahun ke depan, jauh di bawah tren sebelum pandemi.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Inter Milan Berpeluang Dekati Puncak Klasemen
- 2 City Incar Kemenangan Keempat Beruntun
- 3 Khofifah Berharap Program Makan Bergizi Gratis Dapat Tingkatkan IQ Anak Indonesia
- 4 Kejati Jateng Usut Dugaan Korupsi Plaza Klaten, Kerugian Negara Capai Rp 10,2 Miliar
- 5 Libur Sekolah Selama Ramadan Jangan Sampai Kontraproduktif