Athena dan Romawi, Dua Negara Kota Perintis Pemilu Langsung
Kuil Parthenon di puncak bukit Acropolis di Athena.
Setiap warga negara yang memenuhi syarat diberikan token yang dipersonalisasi. Token tersebut lalu dimasukkan ke dalam mesin khusus yang disebut kleroterion yang menggunakan teknologi yang sudah lama hilang (melibatkan tabung dan bola) untuk memilih secara acak kontribusi setiap suku kepada dewan.
Di Athena, semua hukum dan kasus pengadilan diputuskan oleh Majelis yang disebut Ekklesia. Ini merupakan sebuah badan demokrasi besar di mana setiap warga negara laki-laki mempunyai hak untuk menyampaikan pendapat.
Dari 30.000 hingga 60.000 warga Athena, sekitar 6.000 orang secara rutin menghadiri dan berpartisipasi dalam pertemuan Majelis. Majelis bertemu di amfiteater alami di puncak bukit yang disebut Pnyx, yang berasal dari kata Yunani yang berarti "berkumpul rapat". Tempat ini bisa menampung antara 6.000 hingga 13.000 orang.
"Orang-orang Yunani tidak menyelenggarakan pemilu seperti yang kita pikirkan, di mana kita memilih melalui surat atau pergi ke tempat pemungutan suara di sekolah atau gereja untuk menyerahkan surat suara," kata seorang profesor ilmu politik di Universitas San dan penulis bukuThe People's Government: An Introduction to Democracy, Del Dickson.
"Anda harus hadir secara fisik. Dari situlah kita mendapat kata republik. Anda pergi dan berkumpul dengan warga lain dan Anda memutuskan masalahnya di hadapan Majelis pada hari itu," ucap dia.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya