Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Pembangunan

Atasi Penurunan Produksi Pangan dengan Diversifikasi

Foto : ANTARA/YUDI

Sejumlah pekerja melakukan bongkar muat beras impor asal Thailand di Pelabuhan Ujung Baru, Medan Belawan, Medan, Sumatera Utara, Rabu (6/9). Pemerintah hendaknya fokus pada program-program yang sudah direncanakan, seperti diversifikasi pangan dan substitusi impor.

A   A   A   Pengaturan Font

SURABAYA - Mengingat penurunan produksi menjadi masalah yang berulang, pemerintah diminta jangan selalu mengambil jalan pintas dalam mengatasi masalah kenaikan harga pangan dengan impor. Pemerintah hendaknya fokus pada program-program yang sudah direncanakan, seperti diversifikasi pangan dan substitusi impor.

"Setiap tahun masalah harga ini kan selalu terulang, maka sebaiknya pemerintah fokus pada program-program yang sudah direncanakan seperti diversifikasi pangan dan substitusi impor," kata pakar pertanian dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jawa Timur, Surabaya, Ramdan Hidayat, kepada Koran Jakarta, Rabu (13/9).

Ramdan mengatakan kenaikan harga beras adalah saat di mana petani sebagai kaum marjinal dapat merasakan keuntungan, yang mana momen ini jarang terjadi. Pemerintah dapat mendorong budi daya dan penggunaan ubi jalar sebagai produk substitusi impor dalam program food estate.

Jenis tanaman ini punya banyak kelebihan karena karbohidratnya setara dengan beras, tapi di sisi lain rendah gula sehingga ideal untuk makanan sehari-hari untuk menghindari risiko diabetes. Ubi jalar juga bisa untuk substitusi jagung dan dapat dikembangkan di lahan marjinal, karena tidak terlalu butuh banyak air seperti jagung. Prospeknya juga sangat baik untuk food estate," ujar Ramdan.

Memprotes Keras

Sementara itu, Guru Besar Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Masyhuri, memprotes keras rencana impor beras pada saat ini. Menurutnya, impor pada saat ini disebabkan oleh kesalahan Bapanas dan Bulog yang saat panen raya Maret-April 2023 ini tidak melakukan penyerapan besar-besaran beras petani.

"Padahal sudah jelas ada ancaman El Nino pada tahun ini. Artinya memang tidak ada persiapan yang baik dari Bapanas dan juga Bulog," kata Masyhuri.

Karena itu, menurut Masyhuri, publik berhak curiga bahwa ada yang diutungkan dalam keputusan impor beras. Sudah banyak fakta pejabat ditangkap gara-gara memang mengambil keuntungan dari aktivitas impor.

"Kecurigaan dari warga kan boleh karena jelas El Nino ini kan sudah lama diingatkan. Dan usaha untuk meningkatkan produksi pangan di Tanah Air juga masih jauh dari harapan," tandasnya.

Ramdan dan Masyhuri ini merespons apa yang disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi, yang menyebut impor beras terukur tidak berdampak pada jatuhnya harga beras/gabah kering panen di tingkat petani.

"Importasi terukur tidak menjatuhkan harga petani," kata Kepala Bapanas saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top