Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Asian Para Games

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Indonesia beberapa waktu lalu sukses besar menyelenggarakan perhelatan olahraga terbesar Asia, Asian Games. Sukses besar karena Indonesia mampu menjadi tuan rumah dengan baik. Seluruh agenda di venue-venue berjalan baik, nyaris tanpa cela. Indonesia mendapat pujian dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri, terutama dari badan olahraga Asia. Indonesia sukses menyelenggarakan pesta olah raga terbesar Asia.

Lebih dari itu, Indonesia juga sukses mendulang 37 emas dan menduduki ranking empat, sebuah pencapaian luar biasa yang mungkin akan sulit digapai lagi di masa depan. Jadi, Indonesia sukses sebagai penyelenggara dan peserta. Atas kesuksesan tersebut, Indonesia kembali dipercaya menyelenggarakan olahraga se-Asia, kali ini Asian Para Games (APG). Walaupun APG ini satu paket dengan Asian Games, artinya penyelenggara Asian Games juga harus menjadi tuan rumah APG, tetap saja tak bisa dilepaskan dari sukses Asian Games.

Saat ini, para atlet difabel tengah berjuang membawa nama baik negara masing-masing, tak terkecuali atlet dari Indonesia. Mereka juga tak mau kalah dari atlet-atlet Asian Games yang telah mengharumkan nama Indonesia. Para atlet difabel juga akan berjuang sekuat tenaga untuk menggaet emas guna mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.

APG ini juga bukti dari pemerintah Indonesia yang tidak diskriminatif. Pemerintah memperlakukan sama antara atlet Asian Games dan atlet APG. Hal itu dibuktikan dengan besaran hadiah sama untuk keduanya. Atlet APG yang memperoleh emas juga akan mendapat hadiah sama besar dengan atlet emas Asian Games. Peraih medali emas akan memperoleh 1,5 miliar rupiah.

APG kali ini termasuk yang terbesar karena diikuti 2.888 atlet dari 39 negara. Para atlet akan memperebutkan 568 medali emas. Sedangkan pada APG II di Incheon Korea Selatan tahun 2014 diikuti 2.458 atlet. Mereka berlaga di 18 cabang olahraga.

Jadi, APG ini membuktikan bahwa pemerintah benar-benar tidak membeda-bedakan dalam memperlakukan warga negara. Semua diperlakukan sama, difabel atau "normal". Semua diperlakukan sama. APG juga menjadi momentum kebangkitan seluruh warga difabel dan menjadi ajang pembuktian bahwa mereka juga bisa berprestasi secara internasional.

APG merupakan ruang bagi kaum difabel mengaktualisasikan diri bahwa mereka juga mampu mengharumkan nama bangsa dan negara sama seperti warga biasa lainnya. Tak ada keistimewaan bagi orang "normal" karena kaum difabel juga mampu melakukan yang dikerjakan kaum "normal".

Namun begitu, hendaknya penghargaan untuk peraih medali pada APG ini tidak menegasikan perhatian pada kaum difabel yang tidak menjadi atlet. Setidaknya ada 11 juta kaum difabel di Indonesia yang harus mendapat perhatian pemerintah. Dari jumlah itu Menaker Hanif mengeklaim tinggal empat persen yang belum bekerja alias menganggur. Tentu angka tersebut harus diverifikasi di lapangan. Benarkah tinggal empat persen yang belum bekerja?

Saat ini diakui atau tidak masih terdapat diskriminasi terhadap kaum difabel di dunia kerja. APG harus menjadi momentum menyetarakan derajat difabel dengan yang normal agar sama-sama memperoleh peluang sama untuk bekerja di kantor atau instansi baik pemerintah maupun swasta. Kaum difabel telah membuktikan mampu bekerja sama baiknya dengan orang normal.

Mari bersama-sama memberi peluang kaum difabel mengembangkan diri dengan memberi ruang yang sama untuk mereka dalam dunia kerja. Mari memberi ruang kaum difabel untuk mengaktualisasi diri bahwa mereka tak kalah berprestasi dengan orang normal.

Komentar

Komentar
()

Top