Asean Harus Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Foto: Berbagai Sumber – Litbang KJ/and - KORAN JAKARTA/OJAKARTA - Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) menyatakan keketuaan Indonesia di Asean 2023 akan mendorong ekonomi kawasan Asia Tenggara lebih tangguh menghadapi gejolak global yang tidak menentu.
Analis Kebijakan Ahli Muda BKF Kemenkeu, Dessi Widya, dalam acara Komunita Meet Up Bandung ASEAN Matters: Epicentrum of Growth yang berlangsung akhir pekan lalu mengatakan Indonesia dapat mendorong Asean untuk berperan aktif, menawarkan ide dan solusi untuk memperkuat pemulihan ekonomi dan menjadikan Asia Tenggara sebagai mesin pertumbuhan ekonomi dunia yang berkelanjutan.
Indonesia, jelasnya, memimpin Asean di tengah suasana global tidak menentu seperti ada ancaman geopolitik dan inflasi, serta spillover effect dari pandemi Covid-19 di mana dunia masih berupaya untuk pulih.
Sebab itu, pemerintah Indonesia melihat isu-isu di tataran global tersebut perlu mendapatkan perhatian dan mempengaruhi kawasan sehingga strategic thrust menjadi agenda penting yang perlu dibahas secara bersama-sama di Asean.
Adapun tiga agenda prioritas atau strategic thrust yang diusung Indonesia pada keketuaan Asean 2023 di jalur keuangan, yakni recovery rebuilding, sustainability, dan digital economy.
"Kita harapkan pusat pertumbuhan di kawasan maupun global itu tidak cuma Indonesia saja, tapi Asean secara kawasan," kata Dessi.
Sebagai turunan dari tiga strategic thrust tersebut, ada sejumlah Priority Economic Deliverables (PEDs) yang disampaikan Indonesia di jalur keuangan.
Untuk pilar recovery rebuilding, PED mendorong pemulihan dan memastikan stabilitas dan ketahanan ekonomi dan keuangan di kawasan Asean. "Di bagian PED recovery rebuilding, kita ingin memperkuat mempercepat pemulihan ekonomi dan menciptakan stabilitas ekonomi yang tangguh karena selama pandemi kemarin perekonomian sangat rapuh karena sektor kesehatan tiba-tiba kolaps," katanya.
Sementara pada pilar digital economy, PED memajukan konektivitas pembayaran dan mempromosikan literasi dan inklusi keuangan digital untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Sedangkan pada pilar sustainability, PED mempromosikan transisi keuangan untuk mendukung keuangan berkelanjutan dan ekonomi hijau.
Sektor Pariwisata
Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudisthira, yang diminta pendapatnya mengatakan di era pelemahan ekonomi negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa, serta kawasan Asia Timur, maka Asean harus jadi engine of growth.
"Kerja sama di sektor pariwisata terutama wisatawan mancanegara dari Singapura, Malaysia, dan Thailand harus dioptimalkan. Di sisi lain, kerangka sistem pembayaran lintas negara seperti QRIS akan melancarkan transaksi usaha termasuk UMKM," kata Bhima.
Begitu pula dengan pemanfaatan uang lokal untuk pembayaran diharapkan menjadi solusi menjaga stabilitas kurs di Asia Tenggara.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Catat! Ini Daftar Lengkap Harga BBM Pertamina yang Resmi Naik per 1 Januari 2025
- 2 Usut Tuntas, Kejati DKI Berhasil Selamatkan Uang Negara Rp317 Miliar pada 2024
- 3 Kalah di Beberapa Daerah pada Pilkada 2024, Golkar Akan Evaluasi Kinerja Partai
- 4 Antisipasi Penyimpangan, Kemenag dan KPAI Perkuat Kerja Sama Pencegahan Kekerasan Seksual
- 5 Seekor gajah di Taman Nasional Tesso Nilo Riau mati
Berita Terkini
- Tentara AS yang Tewas di Dalam Truk Tesla Alami PTSD, FBI: Tak Ada Kaitan dengan Teroris
- 4 Menteri Terjun ke Pantai Kuta, Bersihkan Sampah Kiriman
- Sampah di Pantai Bali Kiriman dari Sungai di Jawa
- Biden Blokir Penjualan US Steel Senilai $14 Miliar ke Nippon Steel
- Guardiola Mengaku Bersalah Performa Manchester City Merosot