AS Sebut Rusia Kejam Tangguhkan Kesepakatan Ekspor Biji-bijian
Seorang bocah Yaman menerima bantuan kemanusiaan yang disumbangkan oleh Program Pangan Dunia, di kota Taez pada 10 Oktober 2020. Lebih dari 345 juta orang menderita kerawanan pangan tingkat tinggi," kata Thomas-Greenfield.
Foto: AFP/Ahmad Al-Basha/GIPBB - Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Linda Thomas-Greenfield mengecam keputusan Rusia untuk menangguhkan keikutsertaannya dalam kesepakatan biji-bijian Laut Hitam dan menyebutnya sebagai "tindakan yang kejam".
"Rusia telah melontarkanpukulan lain kepada kelompok paling rentan di dunia," kata Thomas-Greenfield kepada wartawan, Senin (17/7).
Menurut dia, kesepakatan biji-bijian yang ditengahi oleh PBB dan Turki memberi secercah harapan bagi krisis pangan dunia.
"Perjanjian ini telah membawa stabilitas ke pasar pangan global, dan menurunkan harga pangan untuk semua. Namun hari ini, Rusia telah mencampakkan semua kemajuan ini dan semua harapan ini sia-sia," katanya.
Rusia menolak memperbarui kesepakatan itu setelah 17 Juli 2023 karena merasa kepentingannya belum terpenuhi.
"Sayangnya, sejauh ini bagian yang berkaitan dengan Rusia dalam perjanjian Laut Hitam ini belum dilaksanakan," ujar juru bicara pemerintah RusiaDmitry Peskov.
Dengan menyetujui perpanjangan kesepakatan tersebut, Rusia berharap hambatan terhadap ekspor pupuknya dihapuskan, termasuk dengan dimasukkannya Bank Pertanian Rusia dalam sistem pembayaran internasional SWIFT.
Kesepakatan biji-bijian Laut Hitam ditandatangani pada Juli 2022 di Istanbul oleh Ukraina, Rusia, PBB, dan Turki guna melanjutkan kembali ekspor biji-bijian dari pelabuhan-pelabuhan Ukraina.
Kegiatan ekspor dari beberapa pelabuhan Ukraina di Laut Hitam sempat terhenti akibat perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada Februari 2022.
Sejak itu kesepakatan tersebut telah diperbarui beberapa kali dan diperpanjang selama dua bulan lagi pada 18 Mei 2023.
Kesepakatan itu memastikan lebih dari 32 juta metrik ton komoditas pangan dikirim dengan aman dari pelabuhan Ukraina, menurut PBB.
"Lebih dari 345 juta orang menderita kerawanan pangan tingkat tinggi," kata Thomas-Greenfield, mengutip data Program Pangan Dunia.
"Dan kita tahu tanpa keraguan, bahwa perang brutal Rusia terhadap Ukraina telah mendorong jutaan orang ke tepi jurang, terutama di Timur Tengah dan Afrika," katanya, menambahkan.
SaatRusia bermain politik, kata Thomas-Greenfield, berbagai pihak akan menderita, termasuk anak-anak di wilayah Tanduk Afrika yang kekurangan gizi akut, ibu-ibu yang akan berhenti memproduksi ASI untuk bayinya karena mereka tidak cukup mendapat nutrisi dari makanan.
"Dunia membutuhkan Inisiatif Biji-Bijian Laut Hitam, dan semua negara anggota (PBB) harus bersatu dan mendesak Rusia untuk membatalkan keputusannya, melanjutkan negosiasi, memperpanjang, memperluas, dan menerapkan sepenuhnya inisiatif ini," kata utusan AS itu.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Kasad: Tingkatkan Kualitas Hidup Warga Papua Melalui Air Bersih dan Energi Ramah Lingkungan
- 2 Trump Menang, Penanganan Krisis Iklim Tetap Lanjut
- 3 Tak Tinggal Diam, Khofifah Canangkan Platform Digital untuk Selamatkan Pedagang Grosir dan Pasar Tradisional
- 4 PLN Rombak Susunan Komisaris dan Direksi, Darmawan Prasodjo Tetap Jabat Direktur Utama
- 5 Sosialisasi dan Edukasi yang Masif, Kunci Menjaring Kaum Marjinal Memiliki Jaminan Perlindungan Sosial
Berita Terkini
- Semen Padang FC Tahan Imbang Klub Malaysia Super League dengan Skor 2-2
- Kader Golkar DKI Diminta Bekerja Keras Menangkan Cagub Jakarta RIDO
- Menekraf Luncurkan Program Baru di Aceh
- Terus Bertambah, Polisi Tetapkan 22 Tersangka pada Kasus Judi Online yang Libatkan Oknum Komdigi
- Timnas MLBB Putri Raih Kemenangan Sempurna Pada Laga Perdana IESF 2024