AS Peringatkan Kerja Sama Tiongkok-Rusia di Arktik
Russia dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan kehadiran militernya di Kutub Utara dengan membuka kembali dan memodernisasi beberapa pangkalan dan lapangan udara yang ditinggalkan sejak berakhirnya era Soviet, sementara Tiongkok menggelontorkan uang untuk eksplorasi dan penelitian kutub.
Foto: warontherocks.comWASHINGTON - Departemen Pertahanan AS pada hari Senin (22/7) memperingatkan tentang meningkatnya kolaborasi Russia-Tiongkok di Kutub Utara karena perubahan iklim membuka kawasan itu terhadap persaingan yang lebih besar atas rute dan sumber daya maritim.
"Kami telah menyaksikan peningkatan kerja sama komersial antara RRT dan Rusia di Arktik, dengan RRT menjadi penyandang dana utama eksploitasi energi Russia di Arktik," kata Wakil Menteri Pertahanan Kathleen Hicks kepada wartawan, menggunakan singkatan untuk Republik Rakyat Tiongkok.
Ada pula kerja sama militer yang berkembang, "dengan Russia dan Tiongkok melakukan latihan bersama di lepas pantai Alaska," kata Hicks saat departemen tersebut merilis strategi Arktik 2024.
"Semua tantangan ini semakin besar karena dampak perubahan iklim adalah meningkatnya suhu dengan cepat dan menipisnya lapisan es, dan hal ini memungkinkan terjadinya semua aktivitas ini," katanya.
Strategi Arktik menggambarkannya sebagai "wilayah yang penting secara strategis" bagi Amerika Serikat yang mencakup "pendekatan utara ke tanah air" dan "infrastruktur pertahanan AS yang signifikan."
Russia dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan kehadiran militernya di Kutub Utara dengan membuka kembali dan memodernisasi beberapa pangkalan dan lapangan udara yang ditinggalkan sejak berakhirnya era Soviet, sementara Tiongkok menggelontorkan uang untuk eksplorasi dan penelitian kutub.
Mencairnya es di kutub dengan cepat telah meningkatkan aktivitas di kawasan yang tidak ramah itu menjadi sangat aktif karena negara-negara mengincar cadangan minyak, gas, dan mineral baru yang layak serta rute pelayaran di wilayah dengan jaringan klaim teritorial yang rumit dan saling bersaing.
"Arktik mungkin akan mengalami musim panas pertama yang praktis bebas es pada tahun 2030, dan hilangnya es laut akan meningkatkan kelangsungan rute transit maritim Arktik dan akses ke sumber daya bawah laut," kata strategi Arktik.
"Peningkatan aktivitas manusia akan meningkatkan risiko kecelakaan, salah perhitungan, dan kerusakan lingkungan," dan pasukan AS "harus siap dan diperlengkapi untuk mengurangi risiko yang terkait dengan kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di Arktik."
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Pemulangan Warga Terus Dilakukan, Kemlu: 91 WNI yang Dievakuasi dari Suriah Tiba di Tanah Air
- Ribuan Mantan Anggota Jamaah Islamiyah Deklarasi Pembubaran di Solo
- Denny JA Rumuskan 6 Prinsip Emas Spiritualitas di Era AI
- Warga Diminta Waspada, Gunung Ibu di Halmahera Barat Sudah Dua Kali Erupsi
- Meningkat, KCIC Sebut 100 Ribu Tiket Whoosh Terjual Untuk Momen Natal dan Tahun Baru