Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Moneter

AS Mencermati Kendala Perekonomian yang Dihadapi Tiongkok

Foto : ISTIMEWA

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen

A   A   A   Pengaturan Font

NEW DELHI - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Janet Yellen, mengatakan AS dengan hati-hati memantau tantangan-tantangan yang dihadapi Tiongkok, seiring dengan perlambatan ekonomi terbesar kedua di dunia yang meningkatkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan global.

"Tiongkok menghadapi berbagai tantangan global jangka pendek dan jangka panjang, tantangan ekonomi yang telah kami pantau dengan cermat," kata Yellen kepada wartawan, di New Delhi, Jumat (8/9), menjelang KTT G20 yang berlangsung selama dua hari.

Dikutip dari Barron's, banyak yang khawatir dengan kesulitan yang dihadapi raksasa Asia ini, dengan ancaman resesi di Eropa dan tingginya inflasi di banyak negara besar yang berkontribusi terhadap penurunan permintaan barang-barang Tiongkok. "Meskipun demikian, Tiongkok memiliki cukup banyak ruang kebijakan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini," tambahnya.

Presiden Tiongkok, Xi Jinping, akan melewatkan pertemuan para pemimpin tersebut pada saat meningkatnya ketegangan perdagangan dan geopolitik dengan Amerika Serikat dan India, yang berbagi perbatasan yang panjang dan disengketakan.

"Tantangan yang dihadapi Tiongkok termasuk kurangnya peningkatan belanja konsumen yang telah diantisipasi setelah pembatasan akibat Covid-19, serta permasalahan yang sudah berlangsung lama sehubungan dengan sektor properti dan utang yang terkait dengan hal tersebut," katanya.

Jumlah Penduduk

Tuan rumah G20, India, menyalip tetangganya di utara itu sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat di dunia pada awal tahun ini, dan Yellen menambahkan bahwa tenaga kerja Tiongkok mulai menyusut.

Ketidakhadiran Xi akan berdampak pada upaya Washington untuk mempertahankan G20 sebagai forum utama kerja sama ekonomi global dan upayanya dalam mendorong pendanaan bagi negara-negara berkembang.

Hal ini termasuk rencana untuk meningkatkan daya pinjaman Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) kepada negara-negara berkembang sebesar 200 miliar dollar AS sebagai alternatif yang lebih baik dibandingkan Inisiatif Sabuk dan Jalan atau Belt and Road Initiative (BRI) yang bersifat "memaksa" oleh Beijing.

Meskipun sadar akan risiko terhadap pertumbuhan global, Yellen mengatakan "terkejut dengan kekuatan pertumbuhan global dan betapa tangguhnya perekonomian global yang terbukti". "Meskipun ada risiko dan beberapa negara pasti terkena dampaknya, secara keseluruhan perekonomian global memiliki ketahanan," tambahnya.

"Pengaruh negatif yang paling penting adalah perang Russia terhadap Ukraina," pungkas dia.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top