AS: Korut Menjadi Lebih Berbahaya
Pemimpin Korut, Kim Jong-un, saat menginspeksi misil balistik antar benua sebelum dilaksanakan peluncuran dari sebuah lokasi rahasia pada 31 Oktober lalu. Seorang diplomat AS pada pertemuan darurat DK PBB menyatakan bahwa kemampuan tempur Korut
Foto: AFP/KCNA VIA KNSSEOUL - Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa kerja sama militer antara Korea Utara (Korut) dan Russia, membuat Pyongyang lebih mampu berperang melawan negara-negara tetangganya.
Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Dorothy Camille Shea, menyampaikan peringatan tersebut pada pertemuan darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (8/1).
“Korut telah mempelajari pelajaran berharga dari pertempuran melawan Ukraina, yang membuatnya menjadi ancaman besar bagi negara-negara tetangganya,” kata Wakil Dubes Shea. "Pada gilirannya, Korut kemungkinan besar akan lebih bersemangat untuk memanfaatkan peningkatan ini guna mempromosikan penjualan senjata dan kontrak pelatihan militer secara global," imbuh dia.
Dalam beberapa bulan terakhir, Korut telah mengirim sekitar 12.000 tentara untuk berperang bagi Russia melawan Ukraina sebagai bagian dari pakta keamanan baru antara pemimpinnya, Kim Jong-un, dan Presiden Russia, Vladimir Putin.
Pertempuran terpusat di wilayah Kursk Russia, tempat Ukraina telah merebut dan menguasai sebagian besar wilayah.
Pyongyang juga, kata Shea, telah mengirim lebih dari 20.000 kontainer pengiriman amunisi ke Russia sejak Desember 2023 yang berisi sedikitnya enam juta peluru artileri berat dan lebih dari 100 misil balistik.
Sebagai gantinya, Pyongyang menerima dukungan ekonomi dan diplomatik dari Kremlin, serta teknologi militer yang berharga.
Pertemuan tersebut diadakan setelah peluncuran misil Korut pada Senin (6/1). Pyongyang mengklaim negaranya telah berhasil menguji coba misil balistik hipersonik jarak menengah jenis baru.
PBB sebenarnya telah lama berupaya membatasi program militer Korut, khususnya kemampuannya untuk menyebarkan senjata nuklir, dengan menjatuhkan sanksi yang berat. Tetapi Russia telah menggunakan posisinya di Dewan Keamanan PBB untuk menghalangi sebuah komite yang dibentuk untuk menegakkan sanksinya.
Shea mengatakan Korut saat ini mendapat keuntungan besar dengan menerima peralatan, teknologi, dan pengalaman militer Russia, yang membuat negara itu lebih mampu berperang melawan negara-negara tetangganya.
"Kami khususnya prihatin dengan niat Moskwa untuk berbagi teknologi satelit dan antariksa dengan Pyongyang, yang sangat penting bagi kemampuan komunikasi dan pengumpulan intelijen militer di medan perang modern, seperti yang telah kita lihat di Ukraina," ungkap Wakil Dubes Shea.
“Uang Darah”
Duta Besar Russia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menolak tuduhan AS tersebut yang menyatakan bahwa Moskwa berencana berbagi teknologi antariksa dan satelit canggih dengan Korut. Nebenzia mengatakan klaim yang dibuat oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, pada Senin sama sekali tidak berdasar.
Mengacu pada peluncuran misil tersebut, Dubes Nebenzia mengatakan bahwa kepemimpinan Korut memiliki hak penuh untuk menerapkan tindakan guna memastikan keamanan dan menegakkan kedaulatan negara tersebut. Dubes Nebenzia juga mengatakan bahwa uji coba misil baru Korut merupakan tindakan defensif sebagai respons terhadap latihan militer oleh AS dan sekutu regionalnya.
Duta Besar Korut untuk PBB, Kim Song, membenarkan peluncuran tersebut. Ia mengatakan misil balistik hipersonik itu merupakan bagian dari rencana untuk mengembangkan kemampuan pertahanan nasional sesuai dengan lingkungan keamanan kawasan yang terus berubah.
Sedangkan Dubes Korsel untuk PBB, Hwang Joon-kook, mengatakan peluncuran misil Korut itu merupakan hasil dari "uang darah" dari Russia.
"Peluncuran misil pada 6 Januari menunjukkan dengan jelas ke mana uang haram ini berakhir," kata Hwang. "Korut telah mengorbankan rakyatnya sendiri untuk mendukung ambisi nuklirnya dan selanjutnya berkontribusi terhadap kematian dan kehancuran di Ukraina. Para prajurit Korut dicuci otaknya untuk mengorbankan nyawa mereka di medan perang yang jauh untuk mengumpulkan uang bagi rezimnya dan mengamankan teknologi militer canggih dari Russia," ungkap dia. NHK/BusinessInsider/I-1
Berita Trending
- 1 Pemerintah Percepat Pembangunan Sekolah Rakyat
- 2 TNI AD Telah Bangun 3.300 Titik Air Bersih di Seluruh Indonesia
- 3 Program Makan Bergizi Gratis Harus Didanai Sepenuhnya Dari APBN/D
- 4 Basarnas evakuasi jenazah diduga WNA di tebing Uluwatu
- 5 Guru Besar UGM Sebut HMPV Tidak Berpotensi Jadi Pandemi, Ini Alasannya