AS Ingin Cegah Terjadinya Kembali 'Perang Dingin' dengan Tiongkok
Presiden AS, Joe Biden (kanan) bersama Sekjen PBB, Antonio Guterres
Foto: BRENDAN SMIALOWSKI/AFPNEW YORK - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dalam pidatonya pada sidang Majelis Umum PBB, di New York, Selasa (21/9), akan mengumumkan bahwa AS ingin menghindari Perang Dingin dengan Tiongkok, sambil beralih dari konflik pascaserangan 9 September, yang berkelanjutan ke era diplomasi yang dipimpin AS.
Pidato pertama Biden di forum tahunan PBB itu diperkirakan akan mendapat sambutan yang keras. Dia telah menghabiskan masa kepresidenannya dengan mencap negara-negara seperti Tiongkok dan Rusia sebagai pihak yang berlawanan dalam perjuangan global generasional antara otokrat dan demokrasi.
Sekutu dekat AS, Prancis, juga marah atas apa yang disebutnya pengkhianatan oleh Washington dalam pakta pertahanan yang akan membuat Australia memperoleh teknologi kapal selam nuklir AS, sementara Canberra mengabaikan rencana sebelumnya untuk membeli kapal selam Prancis.
"Jurus mabuk" dalam penyelesaian masalah Afghanistan yang traumatis, di mana gerilyawan Taliban yang menang memaksa aliansi yang dipimpin AS dalam situasi kacau sehingga menarik diri dengan tergesa-gesa.
Namun, Biden akan berargumen dari mimbar PBB bahwa AS turun tangan untuk menyelamatkan dunia dari pandemi Covid-19, memimpin pada langkah-langkah krisis iklim, dan membangun kembali hubungan demokrasi yang berantakan setelah era kepresidenan Donald Trump.
Biden akan bersikeras bahwa upayanya untuk memperkuat pengaruh AS di Asia dengan kesepakatan pengiriman kapal selam nuklir baru ke Australia, hanyalah sebatas pembentukan blok terbaru, dan bukan berarti berkonfrontasi dengan Tiongkok.
"Biden akan mengatakan dia tidak percaya pada gagasan Perang Dingin baru dengan dunia yang terbagi menjadi blok-blok. Dia percaya pada persaingan yang kuat, intensif, berprinsip," kata seorang pejabat senior AS, yang berbicara dengan syarat anonim.
Sumber itu mengatakan memperkuat tema AS yang ingin membalik halaman pada konflik dua dekade, Biden akan bersumpah untuk beralih ke kepemimpinan diplomatik.
"Presiden pada dasarnya akan menyampaikan pesan bahwa mengakhiri perang di Afghanistan menutup bab yang berfokus pada perang dan membuka bab yang berfokus pada diplomasi Amerika yang pribadi, terarah, dan efektif," kata pejabat itu.
Debut Iran
Biden bukan satu-satunya pemimpin yang tampil pertama kali di hadapan PBB. Presiden ultrakonservatif baru Iran, Ebrahim Raisi, akan melakukan debut internasionalnya dengan pidato yang direkam sebelumnya, menawarkan petunjuk tentang apakah kesepakatan nuklir 2015 dapat diselamatkan.
Forum itu akan diawali dengan pidato Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, pemimpin sayap kanan yang bersikeras terbang ke New York meskipun belum menjalani vaksinasi Covid-19. Pidato Biden juga akan menekankan janji AS dalam menangani pandemi dan perubahan iklim.
Seorang pejabat PBB, pada Senin, memberi isyarat bahwa Biden akan menyampaikan "kabar baik" untuk menyelesaikan kekurangan 20 miliar dollar AS dalam dari 100 miliar dollar AS yang dijanjikan negara-negara maju untuk dimobilisasi setiap tahun dari 2020-2025. Dana itu untuk membantu negara-negara miskin beradaptasi dengan perubahan iklim.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Satu Dekade Transformasi, BPJS Ketenagakerjaan Torehkan Capaian Positif
- 2 Usut Tuntas, Kejari Maluku Tenggara Sita 37 Dokumen Dugaan Korupsi Dana Hibah
- 3 Pengamat: Rendahnya Pengetahuan Masyarakat Dieksploitasi "Pemain" Judol
- 4 KPI Minta Siaran Lagu ‘Indonesia Raya’ di Televisi dan Radio Digalakkan
- 5 Ini Sejumlah Kebijakan untuk Pengaturan Mobilitas Natal dan Tahun Baru