Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

AS dan Sekutu Tuduh Intelijen Tiongkok Mengarahkan Peretas Lakukan Serangan Siber

Foto : istimewa

Ilustrasi. Laporan menuduh Kementerian Keamanan Negara Tiongkok mendukung kelompok di balik serangan.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Amerika Serikat dan sekutunya menuduh agen mata-mata utama Tiongkok mengarahkan serangan siber terhadap entitas pemerintah dan sektor swasta melalui sekelompok peretas.

"Ancaman persisten tingkat lanjut 40 telah berulang kali menargetkan pemerintah di seluruh Indo-Pasifik. Kelompok tersebut mampu mencuri ratusan nama pengguna dan kata sandi unik dalam satu insiden pada April 2022, serta mencegat kode autentikasi multifaktor," kata laporan yang dipimpin oleh Australia yang diterbitkan pada Selasa (9/7) pagi.

"Lembaga pembuat menilai kelompok ini melakukan operasi siber yang berbahaya untuk Kementerian Keamanan Negara RRT," kata laporan badan keamanan siber dan intelijen untuk AS, Inggris, Kanada, Selandia Baru, Jepang, Korea Selatan, dan Jerman tersebut, seraya menambahkan APT40 lebih sering mengeksploitasi kerentanan dalam infrastruktur publik dibandingkan menggunakan teknik yang memerlukan interaksi pengguna, seperti kampanye phishing.

Ketika ditanya tentang tuduhan tersebut pada konferensi pers reguler di Beijing pada hari Selasa, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, mengatakan pihak-pihak terkait kembali menghebohkan apa yang disebut serangan siber Tiongkok dalam upaya untuk menjelek-jelekkan Tiongkok dalam hal keamanan siber.

Dikutip dari Bloomberg, jarang sekali Australia secara khusus menuduh pemerintah Tiongkok terlibat dalam serangan siber, terutama setelah membaiknya hubungan antara Canberra dan Beijing sejak terpilihnya pemerintahan Partai Buruh yang berhaluan kiri-tengah pada Mei 2022.

Pada bulan Juni, Perdana Menteri Tiongkok, Li Qiang menjadi pejabat senior pertama yang mengunjungi Australia dalam kurun waktu lebih dari tujuh tahun, sebuah tonggak penting dalam normalisasi hubungan diplomatik antara kedua negara.

Menteri Dalam Negeri dan Keamanan Siber Australia, Clare O'Neil, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa intrusi dunia maya oleh pemerintah asing adalah salah satu ancaman paling signifikan yang kita hadapi.

"Setiap hari badan intelijen kami bekerja tanpa kenal lelah untuk mengidentifikasi dan mengganggu aktor-aktor ini," katanya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top