Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 02 Jan 2025, 02:59 WIB

Arab Saudi Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Suriah

Sejumlah pekerja sibuk menurunkan bantuan kemanusiaan di Bandara Damaskus, Suriah, pada Rabu (1/1). Bantuan kemanusiaan ini berasal dari Arab Saudi yang disalurkan lewat jembatan udara.

Foto: AFP/ANWAR AMRO 

RIYADH - Arab Saudi pada Rabu (1/1) membuat jembatan udara untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Suriah, dengan mengirimkan makanan, tenda, dan pasokan medis, lapor kantor berita Saudi Press Agency (SPA).

“Jembatan udara, yang digagas oleh Pusat Bantuan dan Pemulihan Kemanusiaan Raja Salman (KSrelief) ini bertujuan untuk meringankan dampak kondisi sulit yang saat ini dihadapi rakyat Suriah," kata SPA.

Sejumlah negara lain, termasuk Uni Eropa dan Ukraina, juga telah mengumumkan bantuan untuk Suriah, di mana Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan tujuh dari 10 orang di negara itu amat membutuhkan dukungan.

“Jembatan udara Riyadh akan diikuti oleh bantuan via darat lainnya dalam beberapa hari mendatang," kata Abdullah al-Rabeeah, kepala KSrelief, kepada SPA.

Suriah saat ini telah terpuruk akibat perang saudara selama 13 tahun serta sanksi Barat yang ditujukan terhadap pemerintahan presiden terguling Bashar al-Assad. Seorang analis dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu mengatakan bahwa jutaan orang telah mengungsi sementara ekonomi dan infrastruktur sipil hancur, dengan sekitar setengah dari rumah sakit di negara itu tidak dapat beroperasi.

Sebuah narasumber yang dekat dengan pemerintah Saudi sebelumnya mengatakan delegasi tingkat tinggi Saudi telah mengunjungi Damaskus dan bertemu dengan pemimpin baru Suriah, Ahmed al-Sharaa, yang kelompok Islamisnya Hayat Tahrir al-Sham (HTS) memimpin penggulingan Assad pada tanggal 8 Desember dalam sebuah serangan kilat.

Bantuan kemanusiaan ini bukan yang pertama karena Riyadh sebelumnya mengirimkan bantuan ke Suriah setelah terjadi gempa bumi dahsyat pada Februari 2023.

Pada Selasa (31/12), LSM internasional Save the Children mengatakan mayoritas anak-anak Suriah juga membutuhkan bantuan kemanusiaan segera termasuk makanan. “Sekitar separuh anak usia sekolah di Suriah kehilangan pendidikan setelah hampir 14 tahun perang saudara,” lapor Save the Children kepada kantor berita AFP pada awal pekan ini, seraya menyerukan adanya tindakan segera.

“Sekitar 3,7 juta anak putus sekolah dan mereka membutuhkan tindakan segera untuk kembali bersekolah," kata Rasha Muhrez, direktur badan amal itu untuk Suriah. “Jumlah ini lebih dari separuh anak-anak usia sekolah. Kita perlu memastikan anak-anak dapat kembali bersekolah, untuk memastikan bahwa mereka memiliki akses lagi terhadap kesehatan, makanan, dan bahwa mereka terlindungi,” imbuh dia.

Temui Minoritas

Sementara itu dilaporkan bahwa pemimpin de facto Suriah, Ahmed al-Sharaa, pada Selasa (31/12) lalu telah bertemu dengan pemimpin senior minoritas Kristen di tengah seruan kepada pemimpin Islam tersebut untuk menjamin hak-hak minoritas setelah merebut kekuasaan awal bulan ini.

“Pemimpin pemerintahan baru Suriah, Ahmed al-Sharaa, bertemu dengan delegasi dari komunitas Kristen di Damaskus,” kata Komando Umum Suriah dalam sebuah pernyataan di Telegram.

Pernyataan tersebut menyertakan rekaman pertemuan dengan para pemimpin Katolik, Ortodoks, dan Anglikan.

Sebelumnya pada Selasa, Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, menyerukan transisi politik inklusif di Suriah yang menjamin hak-hak masyarakat yang beragam di negara tersebut. Dia menyatakan harapan bahwa rakyat Suriah dapat kembali menentukan nasib mereka sendiri.

“Namun agar hal ini terjadi, negara tersebut membutuhkan transisi politik di Suriah yang mencakup semua komunitas dalam keragaman mereka, yang menjunjung tinggi hak-hak paling dasar dan kebebasan fundamental,” kata Barrot.

Sejak merebut kekuasaan, kepemimpinan baru Suriah telah berulang kali mencoba meyakinkan kaum minoritas bahwa mereka tidak akan disakiti, meskipun beberapa insiden telah memicu aksi protes.

Sebelum perang saudara meletus pada 2011, Suriah adalah rumah bagi sekitar satu juta orang Kristen, menurut analis Fabrice Balanche, yang mengatakan jumlah mereka telah menyusut menjadi sekitar 300 ribu. AFP/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.