Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Pemerintah

APBN Fokus Lindungi Warga dan Dorong Pemulihan Ekonomi

Foto : ISTIMEWA

SUAHASIL NAZARA Wakil Menteri Keuangan - Kita harap dengan efisiensi belanja maka kita bisa melakukan konsolidasi fiskal. Namun ini harus tetap melindungi perekonomian melalui belanja kesehatan dan tetap mendorong pemulihan ekonomi.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terus difokuskan untuk melindungi masyarakat dari potensi pandemi dan mendorong pemulihan ekonomi. Belanja Negara diefisiensikan agar defisit APBN dapat kembali di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2023.

"Kita harap dengan efisiensi belanja maka kita bisa melakukan konsolidasi fiskal. Namun ini harus tetap melindungi perekonomian melalui belanja kesehatan dan tetap mendorong pemulihan ekonomi," kata Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara dalam Simposium Keuangan Negara yang dipantau di Jakarta, Rabu (26/10).

Seperti dikutip dari Antara, adapun dengan perekonomian yang mulai pulih setelah terdampak Covid-19, penerimaan negara, menurutnya, juga mulai meningkat sebagaimana tampak dari realisasi pendapatan negara pada September 2022 yang tumbuh 45,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Peningkatan penerimaan ini diyakini akan bisa membawa defisit APBN kembali ke bawah 3 persen. Pada saat yang sama, kata Suahasil, belanja pemerintah tetap tumbuh secara sehat atau mencapai 5,9 persen secara tahunan pada September 2022 yang digunakan untuk memastikan kesehatan masyarakat dan pemulihan ekonomi terus terjaga.

Menjaga Pertumbuhan

Suahasil menyebut pemerintah juga akan menjaga pertumbuhan ekonomi melalui penguatan koordinasi antara pengambil kebijakan fiskal dan moneter yang terwadahi dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Koordinasi diperlukan di tengah kondisi perekonomian global yang diperkirakan akan mengalami resesi pada 2023. "Kita kurangi harga dengan mengurangi likuditas melalui peningkatan suku bunga acuan yang harus dicocokkan dengan kebijakan fiskal dan APBN yang kita normalisasi menuju defisit ke bawah 3 persen," kata Suahasil.

Sebelumnya Suahasil mengatakan ketahanan ekonomi Indonesia masih sangat kuat setelah mengalami berbagai krisis mulai dari pandemi Covid-19 hingga situasi geopolitik.

"Ketahanan ekonomi Indonesia ini saya rasa masih sangat kuat. Kuartal II-2022 kemarin kita tumbuh dengan 5,4 persen dan tahun 2022 ini kami yakin di atas 5 persen mungkin sekitar 5,2 persen," katanya.

Suahasil menyatakan salah satu ketahanan ekonomi Indonesia terlihat dari pertumbuhan yang masih di atas 5 persen pada kuartal I dan II pada saat sejumlah negara justru tertekan akibat perang Ukraina dan Russia serta pandemi.

Bahkan Suahasil tetap percaya pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sesuai target 5,2 persen pada tahun ini dengan inflasi yang juga relatif masih terjaga hingga kini sebesar 5,95 persen di tengah kenaikan harga BBM. "Kalau bahasa kami ketika kita melihat perekonomian Indonesia ke depan adalah optimistis dan waspada," ujarnya.

Suahasil menuturkan secara umum perekonomian Indonesia ke depan akan optimistis karena selama 2,5 tahun pemerintah terbukti bisa menangani pandemi sekaligus menjaga kegiatan ekonomi.

Meski optimistis, ia menegaskan Indonesia tetap waspada mengingat ternyata yang terjadi selama 2,5 tahun pandemi ini meninggalkan scarring effect terhadap perekonomian dari sisi suplai.

Sektor produksi belum bisa langsung cepat merespons permintaan sehingga terjadi inflasi yang pada akhirnya harus disikapi oleh otoritas moneter secara cepat.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top