Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemilu Malaysia I Raja Tunda Batas Waktu Partai untuk Serahkan Nama PM Pilihan Mereka

Anwar Rundingkan Koalisi dengan Barisan Nasional

Foto : AFP/Arif Kartono

Keputusan Anwar I Pemimpin oposisi Malaysia yang juga ketua Pakatan Harapan, Anwar Ibrahim (tengah), saat berbicara dalam konferensi pers di Kuala Lumpur pada Senin (21/11). Setelah gagal mendapatkan mayoritas dalam pemilu, Anwar memutuskan untuk berunding dengan koalisi partai musuhnya yaitu Barisan Nasional.

A   A   A   Pengaturan Font

KUALA LUMPUR - Pemimpin oposisi Malaysia yang juga ketua koalisi Pakatan Harapan (PH), Anwar Ibrahim, pada Senin (21/11) mengatakan bahwa dia telah berunding dengan koalisi partai mantan Perdana Menteri Najib Razak, yang dipenjara karena korupsi, untuk membentuk pemerintahan berikutnya setelah hasil pemilihan umum yang tidak meyakinkan.

Koalisi multietnis Anwar, yang isu kampanye utamanya antikorupsi, memenangkan 82 kursi dalam pemilihan umum yang digelar Sabtu (19/11) pekan lalu. Hasil itu paling banyak dari blok manapun, tetapi masih kurang dari mayoritas yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan.

"Saya masih sangat optimis bahwa kita dapat membentuk pemerintahan yang lebih transparan, lebih demokratis, dan menjaga kepentingan rakyat di Malaysia," kata Anwar dalam konferensi pers di Kuala Lumpur.

Anwar berbicara setelah ia mengadakan pembicaraan formal dengan blok berkuasa Barisan Nasional, yang didominasi oleh Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang popularitasnya tercemar akibat megaskandal korupsi.

Anwar mengatakan pembicaraan dengan musuh lamanya didasarkan pada keyakinan bahwa ia akan menjadi perdana menteri setelah lebih dari dua dekade ia berjuang dan pihak BN sejauh ini pun belum mengusulkan nama siapa calon PM mereka ketika dalam perundingan tersebut. Sementara itu pihak BN, menurut Anwar, masih meminta waktu sebelum memutuskan apakah akan membentuk pemerintahan Malaysia yang baru untuk lima tahun ke depan bersama dengan PH.

Kesepakatan dengan UMNO akan memberi Anwar tambahan 30 kursi sehingga bisa mendapatkan mayoritas sederhana sebanyak 112 kursi.

UMNO mendominasi politik Malaysia selama beberapa dekade tetapi mencatat kinerja pemilu terburuknya sejak kemerdekaan Negeri Jiran pada 1957. UMNO juga mengalami kekalahan yang memalukan dalam pemilu 2018 karena kemarahan publik atas megaskandal korupsi 1MDB yang melibatkan dana negara miliaran dollar AS.

Najib, yang menjadi pusat megaskandal itu, kini tengah menjalani hukuman penjara 12 tahun.

Anwar telah berkampanye dengan janji untuk memerangi korupsi, sebuah isu yang menjadi hangat saat rakyat Malaysia berjuang dengan harga pangan yang melonjak.

Ulur Tenggat

Di sisi lain, blok yang dipimpin oleh mantan PM Muhyiddin Yassin, juga mengklaim memiliki cukup dukungan untuk membentuk pemerintahan setelah mendapat dukungan dari Partai Islam Pan-Malaysia (PAS) yang konservatif.

PAS menjadi partai dengan suara terbesar di blok Muhyiddin setelah pemungutan suara Sabtu, sehingga memicu kekhawatiran tentang pengaruh partai ini terhadap kebijakan nasional Malaysia.

Malaysia, salah satu ekonomi terbesar di Asia tenggara, telah mengalami tiga kali pergantian pemerintahan dalam beberapa tahun dan hal itu menggarisbawahi ketidakstabilan politik baru-baru ini. Pemilihan umum pada Sabtu lalu ternyata tidak menawarkan solusi segera untuk kebuntuan dan justru lebih banyak memperlihatkan situasi tawar menawar politik.

Karena kebuntuan, Raja Malaysia menyatakan dirinya akan mengulur tenggat waktu bagi partai-partai untuk menyerahkan nama perdana menteri pilihan mereka dan mitra koalisi ke istana raja, hingga Selasa (22/11) siang. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top